JATENGPOS.CO.ID, MAKKAH – Dari serangkaian haji yang panjang 40 hari itu, ada peran penting yang dilakukan “relawan” mahasiswa di tanah suci. Membantu teknis jamaah naik dan turun bus. Membantu lansia. Juga membantu alamat hotel bagi yang tersesat.
Bejan Syahidan, wartawan Jateng Pos dari Makkah Almukarromah, melaporkan, para mahasiswa itu jumlahnya 700 an orang. Mereka disebar di setiap depan hotel jamaah menginap di sluruh kota Makkah. Setiap depan hotel ada dua mahasiswa.
Mereka mahasiswa asal Indonesia yang dapat beasiswa dan kuliah di sejumlah kampus ternama. Kalau di Madinah kuliah di Universitas Madinah. Jika di Makkah kuliah di Umul Qurro. Ada yang kuliah di Jeddah dan Riyadh. Lalu ada yang dari negara-negara Timur Tengah di luar Arab. Seperti Maroko, Turki, Yaman, Mesir, Sudan dll. Umumnya anak-anak alumni pondok pesantren. Dari Jawa dan luar Jawa. Mereka bergabung dengan petugas haji Indonesia (PHI) di Saudi.
Untuk bisa menjadi petugas haji, para mahasiswa ini harus melalui seleksi di kedutaan masing-masing. Tidak semua mahasiswa bisa bergabung. Hanya yang lulus tes yang dipilih menjadi petugas haji.
Yang menarik dari mahasiswa ini, semua yang menjadi petugas mendapat bonus haji gratis. Sembari menjalankan tugas, mereka otomatis menjalankan serangkaian haji seperti jamaah haji yang lain. Selain itu, selesai menjalankan tugas mereka juga akan mendapatkan uang lelah. Untuk petugas haji Daerah Kerja (Daker) Saudi, mendapatkan sekitar Rp 20 juta.
Tapi kalau petugas haji dari Indonesia dapat uang lelah hingga Rp 40 juta. Petugas haji dari Indonesia dari unsur dokter, perawat, pembimbing haji dari Kemenag, dan ketua Kloter. Setiap kloter ada 6 petugas haji.
“Bagi saya yang penting bisa haji gratis Pak, kalau ada uang lelah alhamdulilah,”kata Faisal, mahasiswa Universitas Madinah, yang bertugas di depan hotel Ros Garden, sektor 1007 daerah Misfalah Makkah.
Pria semester akhir ini menjelaskan, bisa menjadi petugas haji tahun 2023 karena lolos seleksi yang dilakukan Kedutaan Saudi. Dia sendiri bertugas mbantu jamaah haji sekitar hotel yang mau berangkat atau pulang dari masjidil Haram. Setiap bus sholawat (bus khusus Indonesia) yang lewat dia stop. Lalu menyuruh para jamaah haji yang mau ke masjidil Haram naik. Dia juga yang berkomunikasi dengan sopir bus agar mengantar penumpang dengan baik. Sebab dialah yang bisa bahasa Arab. Umumnya penumpang tidak bisa.
“Selain nyetop bus, saya juga mendata bus-bus yang lewat Pak. Bus no berapa, sopirnya siapa, ada komplin ga dari penumpang, kurangnya apa, untuk kita laporkan ke Daker,”kata pria asli Sukoharjo Solo ini.
Dari seringnya menjadi petugas haji, Faisal yang mengaku sudah beristri dan punya satu anak ini, sudah berhaji empat kali. Umroh sudah tidak terhitung. “Alhamdulilah bisa beberapa kali haji gratis Pak. Yaitu kelebihan kuliah di Saudi, kuliahnya beasiswa, masih dapat bonus haji dan umroh gratis. Cuma resikonya jauh sama anak dan istri, itu aja,”imbuh mahasiswa S2 itu.
Asal tahu, untuk melayani 230 ribu jamaah haji Indonesia, pemerintah Saudi dan Indonesia menyiapkan 19 ribu bus. Bus warna hijau itu diberi stiker Indonesia. Orang-orang menyebutnya bus Sholawat. Karena tugasnya mengantar dan menjemput jamaah haji yang sholat di Masjidil Haram. Kata sholawat diambil dari kata sholat. Bus tersebut gratis khusus buat jamaah haji Indonesia. Tersebar di seluruh kota Makkah mengantar jamaah haji dari hotel masing-masing dua puluh empat jam. Sebab hotel haji reguler paling dekat masjidil Haram 2 Km, terjauh hingga 7 kilo meter.
Selain Faisal, ada mahasiswa lain yang menjadi petugas haji bernama Fauzi. Pria muda ganteng dari Tangerang ini bisa lolos setelah tes petugas haji dari Maroko. “Saya dikirim sama pak Dubes Maroko, karena kuliah saya di Maroko,”katanya.
Sama seperti Faisal, dari jam 2 dinihari dia berdiri di pinggir jalan depan hotel jamaah haji menginap. Mencegat bus yang lewat untuk jamaah haji yang mau sholat ke Masjidil Haram. Dia sendiri dulunya dari pondok pesantren di Tangerang. Setelah lulus dapat beasiswa di Maroko, kampus tempat Ustad Abdul Shomad (UAS) kuliah dulu.
Fauzi baru kali pertama ini menjadi petugas haji. Dia juga mahasiswa S2 masih semester awal. Tahun depan kalau musim haji akan ikut tes lagi. “Supaya dapat bonus haji lagi,”kata pemuda tampan ini.
Yang menarik dari Fauzi, karena tugasnya ini, dia sempat viral di medsos. Saat dia membantu lansia towaf dengan kursi dorong di lantai 2 masjidil Haram, ada jamaah Indonesia yang merekamnya. Dia terekam sedang mendorong lansia sambil membantu membacakan doa towaf di telinga lansia tersebut. Video Tiktok itu diberi Judul “Calon Menantu Ganteng yang Solih,”. Video itu viral hingga jutaan penonton.
Penulis sendiri pernah ketemu Fauzi sebelum viral karena dia pernah bertugas di hotel tempat penulis menginap. Tapi akhirnya dilukir ke kawasan lain hingga mendorong lansia yang viral itu.
Mahasiswa ketiga petugas haji yang ketemu penulis adalah Ridwan. Pria asal Makassar itu kiluah di Jeddah. Dia juga menempuh kuliah S2 beasiswa. Yang unik, sambil menjadi petugas haji, Ridwan nyambi melayani penukaran uang real. Membawa tas tenteng berisi real, dia melayani jamaah haji yang mau naik/turun bus untuk menukar uang rupiahnya.
“Monggo bapak/ibu yang butuh real ga usah repot-repot ambil ke money changer yang jauh. Saya siap real, kurs tukarnya juga bagus lho,”katanya.
Dia lakoni itu bukan untuk mencari untung. Tapi ingin membantu jamaah yang butuh real. “Saya kasihan pak banyak jamaah lansia, kalau harus tukar real ke money changer mungkin susah. Saya bantu aja,”kata alumni pondok pesantren di Makassar itu.
Selamat untuk para mahasiswa yang bertugas haji. Semoga kuliahnya berkah dan hajinya mabrur. (*)
