JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Saparan merupakan tradisi Jawa, nama ini diambil dari bulan kedua dalam penanggalan Jawa yaitu bulan Safar. Berbagai bentuk kegiatan yang disajikan dalam Saparan ini, mulai dari bersih desa, bersih makam, kirab, pentas seni dan makan-makan.
Kearifan lokal tradisi leluhur ini hingga kini masih dilestarikan dengan harapan sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan YME dan kebersamaan dan kegotongroyongan warga.
Di Salatiga tradisi ini masih ada dan masih dilestarikan oleh sebagian warga Salatiga. Saparan tahun 2023 ini jatuh di bulan Agustus, sehingga kemeriahan bisa terlihat di kampung-kampung yang masih menggelar tradisi Saparan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh warga Blondo RW 06 dan RW 08, melangsungkan Saparan di Kalibanteng dengan bersih-bersih kali dan bersih-bersih makam, Minggu (3/9/2023).
Lurah Kutowinangun Kidul Titin Eka Novia yang turut hadir di acara Saparan tersebut mengatakan, Saparan di kampung Blondo dilakukan dengan bersih-bersih kali atau sungai, bersih-bersih makam, kemudian kenduri yang makanannya dibawa oleh masing-masing warga untuk dimakan bersama. “ Ini sebagai bentuk syukur warga Blondo RW 06 dan RW 08 atas karunia dari Tuhan YME, yaitu air bersih yang melimpah, juga rejeki,” kata Titin.
Dikatakan Titin, tradisi ini digelar setiap tahun di bulan Safar, maka tradisinya dinamakan Saparan. “ Ini kearifan lokal yang harus dilestarikan, untuk mencintai lingkungan dan meningkatkan kebersamaan dan kegotong royongan,” imbuhnya.
Dikatakan Titin, pesan yang disampaikan dengan bersih-bersih kali dalam tradisi Saparan tersebut yaitu agar manusia selalu mencintai dan merawat lingkungannya.” Kali yang bersih tersebut sumber kehidupan warga, airnya dapat dimanfaatkan warga, juga untuk tidak menebangi pohon, karena pohon-pohon itu dapat menyerap dan menyimpan air. Dan sumber air bersih di Blondo ini debitnya tetap besar meski kemarau panjang. Maka Saparan ini sebagai salah satu ucapan syukur warga kepada Tuhan YME,“ pungkasnya. (deb)