31.5 C
Semarang
Minggu, 22 Juni 2025

Gus Nasrul Serukan Taubat Nasional Pijakan Membangun Negara

*Dalam Khotbah Jumat di Polda Jateng

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG-  Bangsa Indonesia, darurat untuk melakukan taubat massal berskala Nasional. Kesadaran untuk bertaubat masal secara Nasional adalah langkah tepat, untuk melindungi bangsa ini dari berbagai keterpurukan dan kemerosotan.

Hal tersebut ditegaskan DR KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, Wakil Ketua Komisi Kerukunan Antar Ummat Beragama MUI Pusat, saat mengisi khutbah dan menjadi imam shalat Jumat (20/6/2025), di Mapolda Jawa Tengah. Mengusung tema ‘Membangun Indonesia berbasis Akhlakul Karimah’, pria yang akrab disapa Gus Nasrul, pakar Maqashid Syariah Indonesia ini mengajak semua elemen bangsa Indonesia, apapun agamanya, lintas usia, remaja hingga orang tua, khususnya para pejabat publik bangsa Indonesia, pejabat pusat maupun daerah, untuk melakukan taubat.

“Sungguh sangatlah tepat, jika kita menyerukan, bahwa bangsa Indonesia, darurat untuk melakukan taubat massal berskala Nasional!” tutur Gus Nasrul, yang juga ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU(PERGUNU).

Menurutnya, pentingnya taubat nasional lantaran melihat kenyataan kehidupan saat ini sangat memprihatinkan. Para remaja sudah bertambah rusak akhlaknya, pergaulan bebas online, narkoba dan berbagai kerusakan lainnya. Para pegawai banyak yang tidak bertanggung jawab atas tugasnya, para pedagang banyak yang tidak jujur, penipuan online di ruang publik kian merajalela, para pejabat tinggi marak yang semakin semena-mena, melakukan mega korupsi dan berbagai kerusakan akhlak lainnya yang melanda berbagai elemen bangsa Indonesia ini.

“Jika dibiarkan, bangsa ini akan bisa hancur,” seru Gus Nasrul, yang juga jajaran ketua Pimpinan Pusat Pagar Nusa itu.

Gus Nasrul pun mengutif opini ulama besar, Imam al-Mawardi dalam karya sangat terkenalnya, Kitab Adabu ad-Dunya wa-Addin; bahwa jika ingin menghancurkan suatu bangsa dan negara, maka hancurkanlah akhlak generasi bangsa tersebut.

Selain seruan taubat secara Nasional, dalam kesempatan itu, Gus Nasrul, Doktor Lulusan Universitas Al-Qurawiyin Maroko itu juga menawarkan empat pilar, konsep untuk reorientasi membangun bangsa dan negara yang maju, berkeadilan, gemah ripa loh jinawi.

Pertama : Reorientasi kedisiplinan dan ketaatan beribadah (Hablum minaalloh). Dengan menjalankan semua perintah, menjauhi semua larangan agama. Atau bentuk akhlak individu dengan Tuhannya. Ini kunci utama, karena sepanjang sejarah, perdaban bangsa manapun yang tidak dilandasi dengan kesalehan dan religiusitas, maka bangsa itu akan hancur.

Hal tersebut sesuai degan gagasan sejarawan Edward Gibbon, dalam bukunya The Romanian Empire, bahwa hancurnya dinasti Roma, akibat kerusakan akhlak saat itu, mulai warga biasa, utamanya para petinggi negaranya jauh dari norma-norma agama.

“Meskipun saat itu ditopang oleh kekuatan kaisar dan para petinggi serta pasukan, dan ekonominya,” tutur Gus Nasrul yang juga mantan penasehat resmi Tim Kampanye Nasional paslon Prabowo-Gibran saat pilpres lalu.

Oleh karenanya, taat beribadah, sesuai agama dan keyakinan masing-masing, apapun agamanya adalah bagian kontrol utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Jika kewajiban beragama, atau ibadah saja berantakan, maka dapat dipastikan, seseorang tidak akan bisa disiplin, dan pasti berantakan aktivitas lainnya,” tutur Gus Nasrul yang juga alumnus pesantren Lirboyo Kediri itu.

Kedua: Reorientasi akhlak individual, kedisiplinan, dan tanggung jawabnya pada diri sendiri(Muhasabatun nafs). Kita lihat, fenomena sosial yang memperihatinkan, banyak remaja yang tidak serius dalam sekolah atau kuliah, serta hura-hura. Banyak yang menghancurkan dirinya dengan minuman keras dan narkoba. Kepala keluarga banyak yang tidak bertangung jawab. Itu semua bukti nyata semakin banyaknya warga negara yang tidak punya tanggung jawab pada dirinya sendiri.

Orang yang tidak punya disiplin dan tanggung jawab dalam mengontrol dirinya, lebih-lebih terhadap orang lain, maka akan bersikap seenaknya sendiri. Dan otomatis, menjadi bagian tidak berkualitas dari suatu bangsa dan negara.

“Tetapi jika setiap individu, punya kesadaran, untuk reorientasi kedisiplinan, dan tanggung jawab, maka otomatis, bangsa ini akan di banjiri oleh orang – orang berkualitas dengan kedisiplinan, amanah, dan tanggung jawab tinggi,” ujar Gus Nasrul.

Ketiga : Reorientasi hubungan external dalam berinteraksi sosial sesama mahluk hidup(Hablum minannas). Kita lihat, lebih-lebih di media sosial, sangat banyak orang saling bertengkar, saling memfitnah, saling menghujat, tidak rukun dalam bertetangga, di alam nyata, saling memfitnah, menyebar hoax.

“Itu semua, akibat hilangnya kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap kontrol sosial dalam berinteraksi dengan sesama, padahal semuanya orang-orang yang beragama,” tukasnya.

Keempat : Reorientasi tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan dan benda mati (Hifdul baiah).

Merajalela warga negara yang sembarangan membuang sampah, atau perusahaan-perusahaan seenaknya membuang limbah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan, pencemaran sumber air bersih, penebangan hutan secara illegal yang rawan mengakibatkan longsor dan banjir. Industri penambangan yang sering merusak lingkungan kian bertambah. Gejala tersebut, adalah bagian dari bukti tidak adanya kesadaran dan tanggung jawab manusia atau warga negara terhadap benda mati dan lingkungan. Tegas Gus Nasrul yang juga aktif berceramah di kantor-kantor instansi pemerintahan itu.

Jika setiap warga negara punya kesadaran dalam menerapkan empat pilar diatas tadi. Yaitu: Pertama: Kontrol ketaatan kepada perintah agama. Kedua: Kontrol dan tanggung jawab terhadap kualitas diri. Ketiga: Kontrol dan tanggung jawab dalam berinteraksi sosial. Keempat: Kontrol dan tanggung jawab terhadap terhadap lingkungan dan benda mati, maka Insya Alloh, negara kita, akan menjadi negara yang maju, makmur, damai, tentram.

“Dalam Al-Quran disebut: Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghofur. Di Indonesia, di bawah payungan Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda agama, adat, tradisi atau budayanya. Tetap bersatu membangun bangsa dan negara,” tandas Gus Nasrul, yang juga dewan Pengasuh Pesantren Balekambang Jepara Jawa Tengah, jajaran pesantren tertua di Indonesia itu.(aln)



Popular

LAINNYA

Terkini