JATENGPOS.CO.ID, KUDUS – Tiga SMP di Kabupaten Kudus berhasil lolos dan masuk dalam daftar 10 besar, pada Lomba Dialog Berbahasa Jawa Dialek Muria Tahun 2025 tingkat Eks Karesidenan Pati. Tiga sekolah tersebut adalah SMP Negeri 5 Kudus, SMP Negeri 1 Dawe, dan SMP Negeri 1 Jati.
Lomba tersebut diinisiasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, dan diikuti 34 tim atau sekolah yang tersebar di lima kabupaten di eks Karesidenan Pati. Meliputi Kabupaten Kudus, Jepara, Pati, Rembang, dan Blora.
Pada lomba tersebut, Kabupaten Kudus mengirim delapan tim atau sekolah. Namun, hanya tiga tim yang lolos dan masuk daftar 10 besar. Selanjutnya, akan mengikuti grand final, yang akan digelar pada 3 September 2025 mendatang di Hotel Griptha Kudus.
Sedang karya yang dikirim oleh tiga sekolah tersebut, SMP Negeri 5 Kudus berjudul Dandangan: Tradisi Tak Lekang oleh Waktu. SMP Negeri 1 Dawe berjudul Bukak Luwur Makam Sunan Muria. Lalu, SMP Negeri 1 Jati berjudul Ora Jujur Kojur.
Kepala SMP Negeri 1 Jati, Sumaryatun saat dihubungi mengaku senang sekaligus bangga karena timnya berhasil lolos 10 besar. Prestasi itu diraih berkat persiapan yang dilakukan dengan matang, dan sukses mengharumkan nama Kudus dalam di bidang budaya.
‘’Kemarin kita ditunjuk dari dinas untuk mengikuti lomba itu, dan kebetulan kami punya siswa kelas 7 jalur prestasi ada sinden. Kita juga kolaborasikan dengan macapat dari siswa kelas 8 ternyata cocok, akhirnya kita bentuk tim,’’ tuturnya.
Lanjutnya, tim SMP Negeri 1 Jati sendiri memilih tema manuskrip, dan menyusun karya berupa video yang menyajikan penampilan dialog dari dua siswa berjudul Ora Jujur Kojur. Kedua siswi tersebut menggunakan dialek muria, sperti gonem (punyamu).
Sedang judul Ora Jujur Kojur sendiri, dipilih dari cuplikan salah satu tembang macapat Gambuh. Tembang macapat ini mengandung pesan, agar seseorang harus jujur. Apabila tidak jujur, maka akan hancur atas ketidakjujurannya sendiri.
‘’Durasi video kemarin ditetapkan antara 5 sampai 7 menit, dan pas kita ambil video dari dua siswi kami, ternyata kemistrinya bagus dan alhamdulillah bisa lolos,’’ ungkapnya.
Sumaryatun menegaskan, dalam mengikuti lomba tersebut, tidak hanya memburu penghargaan semata. Tetapi jauh dari itu, untuk mengajarkan pada anak bahwa dialek-dialek lokal warisan leluhur perlu dilestarikan.
‘’Saya lihat tujuannya bagus, anak-anak bisa mahir bahasa daerah termasuk dialek muria. Karena kemarin pun saat menentukan dialek itu yang di Kudus ternyata banyak yang sudah tergantikan dengan bahasa-bahasa gaul,’’ tutupnya. (han/rit)