JATENGPOS.CO.ID – Tujuan utama pendidikan adalah mewujudkan siswa berkarakter. Apakah yang dimaksud dengan siswa berkarakter? Menurut kemendiknas karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau juga kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak orang tersebut. Karakter siswa yang dimaksud adalah karekter yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Ini biasa disebut “karakter Indonesia”.
Indonesia memiliki karakter bangsa yang sangat luhur. Karakter bangsa ini bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia sejak nenek moyang ada. Karakter bangsa Indonesia sangat penting ditanamkan pada generasi muda untuk melanggengkan keberadaannya sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Adapun contoh karakter luhur bangsa Indonesia adalah ramah tamah, gotong royong, suka bekerja keras, taqwa kepada Tuhan YME, toleransi, ulet, dan suka tolong menolong.
Upaya mewujudkan siswa berkarakter Indonesia adalah adanya tindakan yang langsung dilakukan oleh berbagai pihak yang berkaitan, antara lain guru, siswa, dan masyarakat. Kegiatan langsung ini disebut “melakukan”. Mengapa “melakukan”? Karena dengan melakukan semua pihak yang berkaitan akan terjun langsung mempraktikkan berbagai hal yang mengasah keterampilan-keterampilan karakter bangsa Indonesia.
Guru dengan “melakukan”akan memberikan keteladalan yang langsung dapat dilihat dan ditiru oleh siswa. Siswa “melakukan” akan merasa berbuat sesuatu yang luhur dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain sehingga apa yang dilakukan “terekam” dalam sanubari dan jiwanya. Lambat laun jika terus “melakukan” akan menjadi kebiasaan dan menjadi identitas karakter siswa tersebut. Masyarakat “melakukan” otomatis ikut menjaga dan memelihara karakter luhur yang telah tertanam pada jiwa siswa.
Adapun berbagai hal yang guru, siswa dan masyarakat perlu “melakukan” untuk mencapai tujuan mewujudkan siswa berkarakter Indonesia adalah 1) Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun (5S). Slogan ini jangan hanya sebagai penghias dinding sekolah. Setiap kali bertemu antarsiswa, antarguru, antarsiswa guru, antarsiswa masyarakat, dan antarguru masyarakat hendaknya saling tersenyum ramah, saling menyapa, saling sopan, dan saling santun. Sikap ini akan menebarkan kehangatan dan keakraban.
Dalam bingkai kesopanan dan kesantunan sikap ramah tidak akan menjadi berlebihan. 5S menjadikan suasana menjadi indah dan tentram; 2) Gotong royong. “Melakukan “ gotong royong di sekolah dan masyarakatakan menjalin rasa persaudaraan yang kuat. Seakali tempo siswa sekolah dan gur bergotong royong di masyarakat. Conthnya membersihkan lingkungankampung menyambut kegiatan “Merti Desa”. Sebaliknya, warga masyarakat bergotong royong memperbaiki atap sekolah yang rusak; 3)Tolong menolong. “Melakukan” tolong menolong akan memupuk rasa empati terhadap kesusahan orang lain.
Contoh konkret tolong menolong antara lain menengok teman atau tetangga sekolah yang sedang sakit, menyantuni orang miskin di sekitar sekolah, membantu langsung korban bencana alam dengan mengumpulkan dana atau barang yang diperluan,dan melayat orang meninggal di sekitar sekolah; 4) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Contoh “melakukan” bidang ini adalah mengaji bersama, Sholat dhuha bersama, sholat dhluhur bersama, dll; 5) “Melakukan” kegiatan keterampilan dalam pembelajaran.
Praktik pada pembelajaran misalnya membuat karya, wawancara, menulis puisi, memasak, mencangkok, menata piring dsb adalah ilmu yang “sesungguhnya” sebagai bekal menjalani kehidupan nyata bagi siswa di masa datang.