JATENGPOS.CO.ID, – Pelaksanaan pendidikan di Indonesia selalu diwarnai dengan ragam perubahan kurikulum. Dari waktu ke waktu terjadi penambahan dan bahkan perubahan pada struktur kurikulum. Tentunya dengan harapan meningkatkan kualitas pendidikan dan output siswa yang siap dengan segala tantangan dan kompetisi yang komplek. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari arus globalisasi. Siswa tingkat menengah dengan segala mobilitas dan aktivitasnya, tidak terlepas dari perkembangan IT. Mereka selalu mencoba mencari tahu dan bertanya tentang apa, bagaimana, dan mengapa serta kapan seuatu terjadi. Rasa keingintahuan yang besar mendorong mereka selalu menjadikan jati diri mereka menjadi anak “ kekinian “. Dalam kesehariannya mereka belum mampu untuk menempatkan dalam posisi yang tepat. Kemampuan akademik yang menonjol belum didukung dengan karakter siswa yang berkepribadian dan memiliki integritas yang tinggi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan, Pemerintah berupaya memasukkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang dipergunakan oleh Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sehari-hari. Program Pnguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud ) selanjutnya diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres). Diharapkan penerbitan Perpres dapat mengatur mekanisme Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara lebih komprehensif dan dapat menghadirkan harmoni dimasyarakat.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan amanat nawacita yang didptakan untuk menyiapkan generasi emas 2045. Lima nilai karakter utama yang menjadi target penguatan adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter ini mendorong sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar dan mengembangkan diri. Tenaga Pendidik atau Guru yang menjadi fasilitator utama dalam pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tentunya harus memiliki formula khusus dalam mensosialisasikan dan menerapkan dalam kegiatan pembelajaran secara langsung.
Guru memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda sehingga diharapkan mampu mengekplorasi model-model pembelajaran yang tepat sesuai dengan Rencana Pelaksaan Pembelajaran yang sudah dibuat dan dalam Silabus. Uraian Penguatan Pendidikan Karakter dalam Silabus dimasukkan didalam Kegiatan Pembelajaran diantaranya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dengan tanya jawab. Menumbuhkan kegemaran membaca ditunjukkan dalam mengumpulkan data, disisi lain menumbuhkan ketelitian dan kecermatan ditunjukkan dalam mengolah data. Sementara bentuk keberanian siswa dan kemandirian serta tanggungjawab ditunjukkan dalam mengkomunikasikan hasil belajar.
Dalam konteks era digital Pendidikan Karakter sangat penting, mengingat internet adalah belantara yang liar dengan jonten-konten informasi yang positif dan negative bercampur menjadi satu. Sehingga dibutuhkan filter yang kuat didalam diri tiap anak didik bangsa siswa sekolah dalam menilai baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak pantas. Disinilah penguatan pendidikan karakter memegang peran yang sangat penting. Dengan nilai-nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas menjadi pondasi utama dalam menerima, menyeleksi dan menerapkan informasi baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Dalam nurrakhmat.blogspot.com terkait Penguatan Pendidikan Karakter (PPK ) mengungkap Guru sebagai pelaksana utama akan lebih mudah menyiapkan tindakan preventif untuk mencegah merosotnya nilai karakter di sekolah. Selain itu keterlibatan elemen orang tua dan masyarakat sangat diharapkan menjadi contoh kon kret keteladanan karakter. Hal ini dikarenakan Penguatan Pendidikan Karakter akan berhasil jika ada figur atau model yang mampu memberikan keteladanan didalamnya.Peran serta Guru, Lingkungan sekolah, orang tua dan masyarakat serta Pemerintah menjadi bagian yang sangat fundamental dalam pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter bagi siswa dalam meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia.
Sri Harsini, SS., M.Si
Guru Sejarah SMK Negeri 1 Miri Sragen