JATENGPOS.CO.ID, – Peribahasa yang berbunyi ‘lancar kaji karena diulang’, , mempunyai makna jika sesuatu dipelajari dengan berulang-ulang maka akan menjadi bisa. Kalimat slogan yang berbunyi ‘bisa karena terbiasa’, bermakna bisa karena sudah hafal dengan berulangkali maka akan menjadi bisa. Kalimat semboyan ataupun peribahasa dibuat sehingga ada keberadaannya memang tidak serta merta melainkan didalamnya mengandung makna yang tidak sepele. Memaknai kalimat tersebut jika kita terapkan pada dunia pendidikan, sebagai pendidik harus mempunyai kesabaran yang luar biasa dan’ telaten’. Sudahkah kita menjadi pendidik yang sabar dan telaten sehingga anak didik menjadi ‘bisa’, sudahkan mengulang-ngulang pembelajaran yang kita berikan sehingga peserta didik bisa memahami apa yang kita sampaikan.
Belajar dari Pemebelajaran Teks Fabel, dengan tokoh keledai, siapa sih yang tidak tahu hewan yang bernama keledai? Keledai itu yang lamban jalannya, lemah badannya, yang bodoh, dan sebagainya yang semua itu menggambarkan negatif dan kekurangan dari hewan keledai tersebut. Bahkan sampai-sampai jika ada anak yang bodoh dikatakan ‘bodoh seperti keledai’, kalau ada anak yang tidak cekatan dikatakan juga ‘lamban seperti keledai’. Dalam pembelajaran teks fabel tersebut dapat mengambil pesan moral, keledai pun, yang sudah mendapat ‘stempel bodoh’ mempunyai kemampuan dalam dirinya. Kita pernah mendengar cerita keledai yang jatuh ke sumur tua, kemudian oleh pemiliknya didiamkan saja, bahkan sumur tua itupun kemudian ditimbun dengan tanah? Ternyata setiap sumur tua itu dimasuki tanah, keledai menggoyang-goyangkan tubuhnya sehingga tanah itu tdak menimbun dirinya, bahkan justru keledai itu berada di atas timbunan tanah yang semakin tinggi, akhirnya keledai pun dapat keluar dari sumur. Kemudian cerita keledai yang akan dimangsa oleh singa, namun ia bisa terbebas karena kemampuan keledai untuk mengalihkan pusat perhatian singa. Cerita keledai dan anjing juragan kaya, setiap hari cara memberi makan berbeda namun keledai yang bekerja sedangkan anjing tidak pernah bekerja, bahkan disayang, akhirnya keledai pun menggigit juragannya. Perlakuan tidak adil terhadap hewan yang dianggap bodoh, dan lemah pun dapat direspon.
Cerita-cerita tentang binatang dapat menjadi inspiratif dalam mendidik siswa, bahwa dalam sisi negatif terdapat positif. Setiap manusia yang terlahir di dunia ini mempunyai kemampuan yang berbeda, ada yang berkemampuan luar biasa (jenius), berkemampuan sedang, dan kemampuan rendah. Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 1, “setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan”. Tugas pendidik tidaklah mudah, berhadapan dengan mahkluk hidup ‘manusia’ yang mempunyai pikiran, akal, dan perasaan. Belajar dari keledai yang dianggap bodoh dan lemah, namun akhirnya mempunyai perasaan dan pemikiran. Pendidik dapat belajar memahami peserta didik, dengan jiwa, karena anak didik kita pasti mempunyai kemampuan atau kelebihan masing-masing yang kelak bermanfaat dalam kehidupannya. Kita mencoba memberi solusi cara memahami pelajaran misalnya : dengan “akronim”, yaitu singkatan yang berupa kata. Contoh dalam pembelajaran teks berita : untuk menghafalkan unsur-unsur berita dengan akronim ‘ADIKSIMBA’, yang berarti apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaiman, sehingga mudah dipahami siswa. Belajar diulang-ulang dengan cara meringkas catatan, buatlah catatan-catatan dengan menggunakan bahasa sendiri sehingga mudah diingat. Cari waktu yang tepat untuk belajar, misalnya sehabis subuh, karena pikiran masih fress.
Belajar dari Pembelajaran Teks Fabel yang terdapat pesan moral yang luar biasa, semoga tidak ada siswa yang merasa kesulitan dalam belajar. Dengan cara mengulang-ngulang membaca materi pelajaran. akan memudahkan mereka paham terhadap apa yang dipelajari.
Dra. Kris Dwi Ningsih