Anak Berkebutuhan Khusus di Era Milennial

Noor Rita Syofiyawati,M.Pd Guru SLB Putra Harapan Gondang Sragen
Noor Rita Syofiyawati,M.Pd Guru SLB Putra Harapan Gondang Sragen

JATENGPOS.CO.ID, – Setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang layak tak terkecuali anak berkebutuhan khusus (ABK). Guru dalam hal ini memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mendidik anak terutama ABK. ABK memiliki karakteristik yang tersendiri dan agak berbeda dengan anak lain. ABK membutuhkan perhatian ekstra dalam hal mendidik. pendidikan bukan hanya menekankan pada kemampuan intelektual (akademik) saja namun beban dalam pembentukan karakterlah yang menjadi tanggungjawab berat bagi seorang guru. Pembentukan karakter, moral dan spiritual yang baik akan menciptakan peserta didik yang tangguh dan unggul.

Ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan cepat seperti sekarang ini tak sedikit efek yang diberikan kepada perkembangan dunia pendidikan. Walaupun kita masih baru dalam menyongsong abad 21, namun imbasnya telah dirasakan. perhatikanlah sekarang bagaimana tingkah polah anak zaman sekarang yang menyebut dirinya sebagai anak zaman now atau anak millennial. Tingkah laku anak millennial tengah ramai diperbincangkan khalayak luas, mulai dari tingkah polah mereka di dunia pendidikan, moral dan budaya, etika kerja, ketahanan mental dan penggunaan teknologi. Anak millennial dipercayai sebagai anak-anak yang memiliki multitasking yang jauh lebih baik daripada anak-anak generasi sebelumnya karena mereka secara tidak langsung adalah produkIPTEK. Kemajuan IPTEK mempermudahnya dalam belajar dan melakukan pekerjaan.

Baca juga:  Maksimalkan Peran Generasi Milenial di Era “Pabrik Cerdas”

Tak sedikit anak millenial yang mengharumkan nama bangsa di ajang Internasional. Namun dibalik itu banyak sekali anak-anak millennial yang malah terjerat oleh teknologi terutama gawai (Gadget). Anak millennial kebanyakan lebih mementingkan bermain smartphonenya ketimbang bersosialiasi di dunia nyata. Mereka bagaikan jiwa-jiwa yang terjerat dalam dunia maya. Cobalah sejenak untuk melihat fenomena dunia maya saat ini. Dunia memang seolah dalam genggaman tangan dan semua informasi bebas dan sangat mudah diperoleh, tetapi perhatikan juga bagaimana hal itu mempengaruhi pola kehidupan zaman sekarang. Orang yang jauh dapat didekatkan namun justru orang yang berada disebelahnya malah terasa jauh. kedekatan antara orang tua dan anak pun juga sudah mulai berkurang. perhatikanlah bagaimana orang tua zaman sekarang yang lebih suka ketika anaknya bisa bermain smartphone di usia dini hingga akhirnya  kecanduan bermain handphone daripada belajar bersama anak sambil mengobrol ringan. Banyak orang tua yang berpikiran bahwa menjejali anak mereka dengan handphone adalah solusi jitu agar anak diam dan tidak rewel.  Cobalah sejenak menengok kenyataan bahwahampir semua orang mulai dari balita, remaja, dewasa hingga yang tua pun sekarang terkena sindrom gadget dengan pandangan yang sama yaitu malas dan narsis.

Baca juga:  K-13 Antara Permainan Tradisional Dan Revolusi Mental

Permasalah-permasalah tersebut diatas bukan hanya dialami oleh orang normal, ABK pun juga mengalami hal-hal tersebut. Banyak ABK tunarungu yang notabennya memiliki tingkat intelegensia normal mulai menjadi penikmat gadget. teknologi memang membawa pengaruh positif namun dampak negatif akan selalu mendampinginya, salah satunya berkurangnya fokus belajar. ABK yang mengenal gadget saat ini mulai teralihkan fokus belajarnya. kebanyakan dari mereka terlalu asyik dengan bermain gadget ketimbang memperhatikan gurunya mengajar. Tak sedikit ABK yang addict dengan gadget hingga tak pernah lepas dari gengamannya.

iklan

ABK tunarungu kebanyakan memiliki karakteristik yang emosional, sensitif, mudah terpengaruh, dan anti sosial. ketika anak-anak ini lebih memilih untuk bermain gadgetnya maka sikap anti sosialnyan diyakini akan semakin meningkat. Hal lain yang ditakutkan pada ABK tunarungu adalah mudah sekali terpengaruh oleh pengaruh negatif dari gadget misalnya salah dalam memilih dan memilah pergaulan, mengikuti tren yang negatif seperti merokok, narkoba dan lain sebagainya serta pengaruh-pengaruh lain yang tidak baik. Untuk ini peran orang tua dirumah dan guru disekolah adalah membimbing ABK tuna rungu dalam memilah dan memilih penggunaan gadgetnya. fenomena-fenomena ini haruslah menjadi perhatian bersama. Manusia adalah pembuat teknologi ,sehingga jangan sampai manusia malah mendewakan teknologi.

Baca juga:  Teknik Terapi Bermain untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri melalui Layanan Konseling Kelompok

 

Noor Rita Syofiyawati,M.Pd

Guru SLB Putra Harapan Gondang Sragen
iklan