Mind Mapping Upaya Optimalisasi Peran Otak

Tri Eni Widyastuti , S.Pd SMA Negeri 3 Purworejo

JATENGPOS.CO.ID, – Jika komputer memiliki CPU sebagai pusat pemrosesan dan pengolahan data, maka manusia memiliki otak sebagai pusat pengatur aktivitas tubuh . Sayangnya dalam praktik pembelajaran, banyak diantara kita yang belum mampu memaksimalkan peran otak sebagai pusat asosiasi belajar . Pembelajaran melibatkan pemikiran yang bekerja secara asosiatif, karena satu konsep pasti terhubung dengan konsep lainnya atau bahkan sekaligus dengan beberapa konsep lainnya . Dengan demikian, pembelajaran merupakan proses sinergisme antara otak, pikiran dan pemikiran untuk menghasilkan daya guna yang optimal .

Banyak praktik pembelajaran yang keliru sehingga fungsi otak menjadi tidak maksimal . Kemampuan yang dilatihkan hanya sebatas mengingat dan memahami, sementara kemampuan mengasosiasi, mengaitkan hubungan, menganalisis, mengaplikasi apalagi mengkreasi masih sangat kurang . Ini bisa terjadi jika proses pembelajaran terlalu didominasi guru , guru dianggap sebagai sumber belajar . Proses belajar berlangsung dalam pola guru memberi dan peserta didik hanya menerima .

Baca juga:  Penggunaan Media Pembelajaran Quipper School Terhadap Hasil Belajar Siswa

Buah dari semua itu adalah rendahnya hasil belajar siswa, rendahnya kemampuan peserta dalam memahami suatu konsep, rendahnya kemampuan menganalisis suatu kasus, ketidakmampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan dan minimnya kreativitas . Peserta didik hanya belajar mengingat , menghafal , tapi konsep materi tidak terpegang . Semua hal tersebut dapat terjadi karena fungsi otak tidak digunakan secara optimal .

Pembelajaran harus dirancang agar bisa mengoptimalkan peran otak sebagai pusat asosiasi belajar . Potensi otak kanan maupun otak kiri harus dimanfaatkna secara seimbang agar proses belajar lebih bermakna . Banyak model pembelajaran  yang dapat dipilih agar proses pembelajaran bisa berlangsung lebih efektif , aktif dan kreatif . Salah satu dari model pembelajaran yang bisa dipilih adalah Mind Mapping , pembelajaran berbasis peta pikiran atau yang lebih dikenal dengan peta konsep . Menurut Tony Buzan ( penemu Mind Mapping ), peta pikiran adalah cara termudah menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali keluar .


Baca juga:  GLS Asyik dengan Fitur Karya Bahasa dan Sastra Di Rumbel

Membuat Mind Mapping tak ubahnya dengan membuat catatan, tapi disajikan dengan lebih efektif dan kreatif dengan memetakan pokok-pokok pikiran kita tentang suatu materi atau bahasan . Membuat Mind Mapping melibatkan kedua potensi otak baik kanan maupun kiri . Mind Mapping bisa dibuat semenarik mungkin dengan tampilan visualisasi gambar , warna , angka , kata dan logika . Membaca Mind Mapping akan memberi kesan yang lebih bermakna daripada hanya membaca kalimat-kalimat dalam buku . Membaca atau memaknai Mind Mapping juga melatih peserta didik berpikir deduktif , karena peta pikiran biasa dibuat dari konsep umum sebagai pusat peta yang kemudian dikembangkan ke konsep khusus sebagai cabang-cabangnya.

Dalam praktik pembelajaran , peserta didik dapat dilatih dan kemudian diberi tugas untuk membuat Mind Mapping dari kompetensi dasar atau materi tertentu . Tugas bisa dilakukan secara kelompok , agar muncul juga karakter mampu bekerja sama, berani mengeluarkan pendapat dan  saling menghargai . Beri kebebasan pada peserta didik untuk berkreasi dalam pembuatannya , beri batas waktu penyelesaian . Berikutnya beri kesempatan bagi tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil karyanya .

Baca juga:  E-LearningBerbasis Android serta FGD Songsong Indonesia Emas 2045

Melalui pembelajaran dengan model Mind Mapping , kita bisa mengungkap kompetensi pengetahuan , kompetensi ketrampilan dan juga kompetensi sosial peserta didik . Model pembelajaran ini juga lebih mengoptimalkan peran otak sebagai pusat asosiasi belajar . Tentu saja masih banyak model pembelajaran lain yang bisa dipilih, semua tergantung dari tipe materi dan tujuan yang ingin dicapai .

Tri Eni Widyastuti , S.Pd

SMA Negeri 3 Purworejo