JATENGPOS.CO.ID, – Banyak kritik tentang proses belajar mengajar di sekolah yang lebih cenderung ke pengajaran, bukan ke pendidikan. Dalam keadaan seperti ini banyak informasi yang diberikan oleh guru hanya ditangkap secara kognitif oleh siswa dan tidak ditangkap secara afektif. Pelajaran agama dan PKn ( Pendidikan Kewarganegaraan ) hanya ditangkap sekadar untuk diketahui, belum diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi lembaga pendidikan hanya pada nilai kuantitatif. Nilai tinggi berarti pintar dan nilai rendah berarti sebaliknya. Bagaimana nilai tersebut diperoleh menjadi urusan lain yang kadang sulit dipertanggungjawabkan.
Akibatnya tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya terabaikan. Menyikapi hal tersebut,  maka akhir-akhir ini paradigma baru pendidikan disosialisasikan untuk dilaksanakan oleh lembaga pendidikan  bersamaan dengan digulirkannya Kurtilas Revisi yaitu Kurikulum 2013 yang diperbaiki pada bagian KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar)dengan penguatan implementasi kurikulum melalui gerakan literasi nasional, PPK ( Penguatan Pendidikan Karakter ), penguatan pembelajaran dan penguatan penilaian oleh satuan pendidikan . Guru adalah pemegang kunci utamanya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter ), pikiran ( intelek ) dan tubuh anak dalam rangka kesempurnaan hidup dengan dunianya. Pendidikan merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup.
 Pendidikan dan pengajaran idealnya memerdekakan manusia secara lahiriah dan batiniah serta selalu relevan untuk segala jaman. Pendidikan Nasional ialah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia.                                                       Kebijakan umum tentang pembangunan pendidikan dan kebudayaandalam Nawacita ( visi misi presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla ) yang tertuang dalam RPJMN ( Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ) tahun 2015-2019 disebutkan 1) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 2) Melakukan revolusi karakter bangsa 3) Meningkatkan produktivitas 4) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Visi dari arah kebijakan pendidikan dan kebudayaantersebut adalah mewujudkan insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong, melalui 1) Penguatan peran siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua dan aparatur institusi pendidikan. 2) Pemberdayaan pelaku budaya dalam melestarikan kebudayaan. 3) Peningkatan akses pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan masyarakat dan keluarga serta pendidikan anak berkebutuhan khusus.4) Peningkatan dan relevansi pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter. 5) Peningkatan jatidiri bangsa melalui pelestarian dan diplomasi kebudayaan serta pemakaian bahasa sebagai pengantar pendidikan.6) Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik.
Meski guru bukan satu-satunya yang bertanggung jawab dalam mendidik masyarakat, tetapi setiap ada pertanyaan siapa yang paling banyak menaruh perhatian terhadap upaya peningkatan SDM, maka banyak yang sepakat jawabannya adalah guru. Kita ingat sejarah Jepang setelah dihancurluluhkan oleh Amerika Serikat pada tahun 1945, Kaisar Hirohito bertanya kepada tentara yang masih hidup, ada berapa guru yang masih hidup. Tentara tersebut protes keras mengapa Pangeran menanyakan guru, bukan tentara yang sudah berjuang sampai titik darah penghabisan.Kalau kita amati jalan raya kita pun, sekarang dipenuhi oleh kendaraan Jepang. Sejarah kita juga membuktikan bahwa generasi pertama guru kita sebagian besar direkrut dari putra-putri terbaik bangsa. Dari mereka itu kemudian menghasilkan manusia-manusia pioner yang membawa bangsa ini ke alam kemerdekaan. Sudah menjadi anggapan, guru yang baik adalah guru yang mampu melaksanakan apa yang disebut â inspiring teaching â yaitu guru yang melalui kegiatan belajar mengajarnya mampu mengilhami anak didiknya.Melalui kegiatan pembelajaran yang memberikan ilham itu, guru yang baik mampu menghidupkan gagasan-gagasan besar, keinginan besar pada anak didiknya. Kurtilas ( Kurikulum 2013 ) revisi mendampingi, menuntun dan menunjukkan guru untuk mampu menumbuhkembangkan gagasan itu yaitu anak didik yang berkarakter bangsa dan berpola pikir tingkat tinggi HOTS ( Higher Order Thinking Skiils ) untuk mewujudkan generasi emas 2045.
           Sebagai refleksi, kembali ke sejarah awal tentang siapa guru Indonesia, mungkin untuk putra-putri terbaik bangsa Indonesia perlu dimotivasi, diberi kesempatan untuk direkrut menjadi guru Indonesia. Karena sepertinya sekarang putra-putri terbaik bangsa ini, lebih memilih profesi lain seperti dokter, ekonom,ahli teknik dan lainnya yang menurutnya lebih menjanjikan. Sadar atau tidak tanpa adanya guru yang berkualitas, berarti kita telah merelakan bangsa ini mengalami kemunduran di masa depan!
Suharto
Guru SD Negeri 2 Pagerwojo Limbangan Kabupaten Kendal