Nilai Pendidikan dalam Novel Matahari

Yuli Kusumawati,S.S.,M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMK N 1 Miri Sragen
Yuli Kusumawati,S.S.,M.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMK N 1 Miri Sragen

JATENGPOS.CO.ID, – Karya sastra adalah sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang tinggi karena semua bentuk karya sastra dibuat berdasarkan hati dan pemikiran yang jernih. Karya sastra merupakan cerminan hati seseorang. Setiap karya sastra baik novel, puisi, maupun cerpen selalu memiliki nilai yang dikandungnya. Nilai yang hadir dalam karya sastra merupakan pengejawantahan yang dilukiskan pengarang dalam pengarangnya. Nilai dalam karya sastra secara eksplisit sering disebutkan sebagai nilai sosial, nilai moral, nilai agama, nilai budaya, dan nilai pendidikan.

            Nilai dalam karya sastra merupakan nasihat atau pelajaran berharga yang dapat diperoleh pembaca atau penikmat sastra. Salah satu karya sastra adalah novel. Novel merupakan karya sastra yang menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dan interaksinnya dengan sesama dan lingkungannya, dengan diri sendiri, dan tuhannya. Novel sebagai karya imajinatif yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara halus. Novel selain sebagai hiburan juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai baik buruk moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pembaca tentang budi pekerti yang luhur. Cerita pada novel cenderung labih panjang, diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi, mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Baca juga:  Problematika Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

            Nilai – nilai pendidikan yang dapat ditemukan dalam novel dapat dipetik melalui peristiwa yang ada. Pendeskripsian peristiwa tersebut melalui karakter tokoh, hubungan antartokoh, dan latar belakang pengarang yang dituangkan melalui para tokoh. Nilai yang terkandung baik nilai positif maupun nilai negatif dapat diketahui setelah memahaminya sehingga dapat menambah wawasan dan kekayaan batin penikmat sastra. Nilai yang terkandung dalam sastra adalah nilai luhur yang dijadikan pedoman hidup untuk mencapai derajat kemanusiaan yang lebih tinggi, bermartabat, demi kedamaian. Nilai pendidikan dalam karya sastra merupakan nilai yang ditanamkan melalui usaha sadar yang dituangkan dalam karya sastra tersebut, agar pembaca karya sastra mengambil manfaat untuk kemaslahatan umat.

            Setiap karya sastra tidak lepas dari hiasan nilai yang menjadi pesan tersirat dan tersurat. Begitu juga halnya dengan novel Matahari di Atas Gili karya Lintang Sugianto. Banyak nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Novel tersebut menceritakan suasana Pulau Gili yang menawarkan keindahan alam yang sangat menantang. Namun, keindahan tersebut tidak didukung oleh kemajuan masyarakat pulau tersebut. Ketertinggalan Pulau Gili dideskripsikan oleh Lintang lewat tokoh ceritanya. Diceritakan bahwa anak-anak di Gili belum bisa menulis dan membaca , mereka dipaksa orang tuanya untuk bekerja sebagai nelayan. Anak laki-laki umur sepuluh tahun harus berlayar mencari ikan setiap hari. Tetapi ada semangat yang harus ditempuh lewat pendidikan. Mendidik mereka adalah orientasi dalam cerita ini agar masyarakat Gili mampu hidup nyaman.

iklan
Baca juga:  Lidi dalam Pembelajaran Matematika Siswa SMK

            Melihat kondisi anak-anak Gili, Lintang akhirnya tersentuh untuk mendidik anak-anak tersebut. Hal ini terlihat saat Lintang mulai mengajak anak-anak untuk belajar bersama di pinggiran pantai. Harapannya bahwa mendidik anak-anak akan mampu membuka cakrawala berpikir mereka bahwa dunia ini luas dan harus dijadikan tempat belajar agar bisa bersaing dengan dunia luar. Dengan berbagai pendekatan dan alat sebagai sarana belajar agar anak-anak Gili mampu mengenal huruf dan bisa membaca karena pendidikan merupakan instrumen perubahan kehidupan.

            Tokoh Suhada mencoba memahami masyarakat pulaunya untuk bisa memberikan sebuah perubahan terutama dalam membentuk pendidikan untuk anak-anak mereka. Diharapkan akan lahir manusia yang mampu membawa perubahan transformatif ketika pendidikan ditanamkan pada setiap anggota masyarakat di pulau Gili.

Baca juga:  Sastra sebagai Wahana pendidikan Karakter

            Tokoh Lintang dan Suhada mencoba melakukan satu terobosan baru dalam mengedukasi masyarakat Gili. Kondisi masyarakat Gili bisa dikatakan buta huruf sehingga Tokoh Lintang dan Suhada memiliki gairah yang luar biasa dalam memberikan pendidikan dasar. Ketika masyarakat menjadi terdidik yang didukung oleh kekuatan ilmu pengetahuan lewat sentuhan pendidik yang baik dengan formula yang sesuai dengan kondisi sosial masyarakat, maka kemajuan akan diraih dan ketertinggalan dapat diretas dan ditinggalkan.

Yuli Kusumawati,S.S.,M.Pd.

Guru Bahasa Indonesia SMK N 1 Miri Sragen

iklan