Performance, Penantian Pembelajaran Menulis Puisi di SMK

Digna Palupi, S.Pd., M.Pd. Guru SMK Negeri 10 Semarang
Digna Palupi, S.Pd., M.Pd. Guru SMK Negeri 10 Semarang

JATENGPOS.CO.ID, – Kata  Performance tidak asing kita dengar. Performance yang berarti menampilkan. Dalam pembelajaran menulis puisi sering performanceterabaikan. Mengapa performance terabaikan? Performance dianggap tidak penting. Lebih-lebih di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Guru dalam pembelajaran menulis puisi jarang menyediakan waktu untuk performance. Hal itu dianggap bisa menyita waktu lama. Guru tidak menggunakan performancedalam pembelajaran menulis puisi.

Dengan kondisi tersebut berdampak pada peserta didik. Peserta didik kurang antusias dalam menulis puisi. Peserta didik hanya asal menulis puisi saja. Mereka  merasa tidak ada penghargaan terhadap hasil karyanya. Solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?

Solusi yang tepat mengatasi permasalahan tersebut, materi pembelajaran menulis puisi lebih diperhatikan. Keterampilan yang diberikan tidak hanya sekadar menulis puisi saja, tetapi juga diperlukan performance hasil karya puisi. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra sebagai ungkapan perasaan penulis. Ungkapan perasaan yang imajinatif dituangkan dalam puisi. Dalam puisi bisa diungkapkan perasaan emosi rasa haru, sedih, bahagia, gembira, kecewa, bahkan cinta. Namun, untuk menuangkan dalam tulisan bisa mudah, bisa pula sulit.

Baca juga:  Perpustakaan Digital, Sarana Literasi Zaman Now

           Pembelajaran menulis puisi di SMK diharapkan dapat melatih peserta didik agar mampu menulis puisi.Akan tetapi, materi menulis puisi cenderung kurang diminati. Peserta didik malas mengikuti pembelajaran menulis puisi. Mereka kurang antusias dalam pembelajaran menulis puisi. Peserta didik tidak bersemangat dalam pembelajaran menulis puisi. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian khusus supaya tujuan pembelajaran berhasil dengan baik.

iklan

 Bagaimana mewujudkan keberhasilan dalam pembelajaran menulis puisi? Upaya yang dilakukan guru dengan menciptakan pembelajaran yang menarik. Guru mengawali pembelajaran dengan performance pembacaan puisi. Dengan suara nyaring, guru membacakan puisi. Pembacaan puisi tersebut mengundang perhatian peserta didik. Suatu penantian yang cukup lama performance dari seorang guru yang selama ini didambakan oleh peserta didik. Peserta didik mengapresiasi pembacaan puisi yang dilakukan oleh guru. Mereka  mencoba membacakan kembali puisi yang dibacakan guru. Kegiatan tersebut juga diapresiasi baik oleh guru maupun peserta didik. Mereka terkondisi untuk menerima pembelajaran menulis puisi.

Baca juga:  Ketimpangan Sosial Perkuat Critical Thinking Peserta Didik

Aktivitas pembelajaran menulis puisi dimulai,peserta didik diminta untuk mengamati benda, peristiwa, dan kejadian yang saat itu terjadi. Peserta didik diperintahkan untuk membuat puisi berdasarkan  apa yang sudah diamati. Penulisan puisi sudah selesai, hasil puisi peserta didik dikumpulkan. Guru mengapresiasi melalui performance. Performance dengan membacakan puisi yang telah ditulis peserta didik. Performance bertujuan untuk menemukan puisi-puisi peserta didik yang paling bagus, menemukan bakat membaca peserta didik yang paling bagus, menilai, dan mengapresiasi puisi peserta didik.

Untuk mengatasi keterbatasan waktu peserta didik maju satu per satu membacakan puisi. Guru mengajak peserta didik membacakan puisi-puisi yang menarik. Selanjutnya dibandingkan kelemahan dan kelebihannya. Peserta didik diminta melakukan penilaian. Hasil penilaian dikumpulkan sebagai evaluasi.

Baca juga:  Permainan Tradisional “Damandah”: Solusi Kosakata ABK Tunarungu

Pembelajaran tersebut menjadikan peserta didik antusias. Mereka terlibat aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak membosankan. Peserta didik semakin percaya diri karena hasil karyanya diapresiasi oleh guru dan teman-temannya. Pembelajaran menulis puisi dengan performancebukan suatu penantian lagi di SMK.

Jika guru tidak menggunakan model performance justru menghambat kreativitas peserta didik. Peserta didik tidak percaya diri akan hasil karyanya. Mereka merasa tidak mampu menulis puisi. Puisi dianggap tidak penting dan tidak ada gunanya. Pembelajaran menulis puisi menjadi lesu, bahkan membosankan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis puisi perlu performance. Performance tidak hanya dalam pembacaan puisi, tetapi juga bisa ditempel di majalah dinding. Selain itu, juga bisa dikirimkan ke media massa dan penerbit. Pembelajaran menulis puisi dengan performance sangat disarankan di SMK.

Digna Palupi, S.Pd., M.Pd.

Guru SMK Negeri 10 Semarang

iklan