Perlunya Pengulangan, Apapun Metode Pembelajarannya

Devi Eka Setiyani, S.Pd.SD Guru SD Negeri 03 Ampelgading, Pemalang
Devi Eka Setiyani, S.Pd.SD Guru SD Negeri 03 Ampelgading, Pemalang

 

            Terkadang sebagai guru, perasaan kesal dalam hati muncul setelah mengoreksi hasil ulangan siswa. Betapa tidak? Guru telah begitu menggebu menjelaskan  materi pelajaran. Tidak lupa memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang belum mereka pahami. Juga telah menyuruh siswa membaca kembali buku catatannya di rumah. Atas usaha-usaha tersebut tentu sebagai guru yakin bahwa hasil uji kompetensi  akan melampaui KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal).

Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, nilai ulangan siswa jauh di bawah harapan.Pertanyaan dalam hati pun muncul. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagi siswa yang jenius, sangatlah mungkin mereka sudah merasa memahami apa yang mereka pelajari sekali baca atau mendengar penjelasan guru. Namun, bagi sebagian siswa hal itu masih sulit terjadi karena setiap siswa kondisinya berbeda. Mereka membutuhkan pengulangan untuk dapat benar-benar memahami apa yang sedang dipelajari.

Baca juga:  Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Dengan Model Pembelajaan “JIG SAW”

Pengulangan merupakan salah satu prinsip dalam belajar. Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, dan berpikir. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna.Bahkan Rasulullah SAW pun sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami (HR.Bukhari).


Metode pengulangan ini boleh dibilang sebagai metode tradisional, tetapi dalam praktiknya pengulangan tak usang dimakan zaman dan selalu selaras untuk diterapkan dalam pembelajaran. Secara fisiologis ternyata pengulangan akan memperbanyak dendrit dan mempertebal selaput akson yang keduanya akan memperkuat jaringan antar sel saraf. Dendrit dan akson adalah serabut-serabut yang menjadi penghubung antar sel saraf. Hal ini berakibat memperkuat daya memori pada otak.

Baca juga:  Beasiswa Perusahaan Sebagai Solusi Alternatif Keuangan Taruna PIP Semarang

Betapa dahsyatnya pengulangan, sehingga apapun metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas maka pengulangan harus ada di dalamnya.Misalnya pada metode diskusi, pengulangan dilakukan dengan cara; siswa menyampaikan kesimpulan hasil diskusi, kemudian guru menyampaikan kesimpulan itu sebagai penegasan dan pada akhir pertemuan guru kembali menyampaikannya sebagai penutup.Demikian juga dengan metode AIR ( Auditory Intelectually Repetition) yaitu belajar dengan mendengar, belajar dengan berfikir dan adanya pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan serta pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas.

Pengulangan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, guru menyampaikan hal yang sama dengan cara yang sama pada waktu yang berbeda. Kedua, guru menyampaikan hal yang sama dengan teknik yang berbeda dalam satu waktu. Keduanya bisa diterapkan dengan tidak mengubah subtansi dari meteri pembelajaran yang sebenarnya. Melalui pengulangan, siswa akan memiliki pemahaman yang baik dan mendalam.

Baca juga:  Talking Chips Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Kelompok

Dengan demikian, diharapkan siswa tidak lagi mudah lupa terhadap apa yang telah mereka pelajari. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan nilai uji kompetensi yang melampaui KKM. Ternyata pengulangan mempunyai kekuatan yang luar biasa. Walaupun tergolong sebagai metode konvensional tetapi pengulangan tidak seharusnya dilecehkan atau bahkan ditinggalkan. Justru menurut pendapat penulis, apapun metode pembelajarannya, pengulangan perlu untuk diterapkan karena mengoptimalkan hasil belajar.

Devi Eka Setiyani, S.Pd.SD

Guru SD Negeri 03 Ampelgading, Pemalang