Pemerintah terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan nasional, mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, menyebutkan “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan nasional dapat berhasil jika semua komponen pembelajaran diantaranya: peserta didik, guru, kepala sekolah/madrasah, strategi, model pembelajaran dilakukan secara efektif, efisien.
Soekamto dan Winataputra (2005:78), model pembelajaran sebagai kerangka konseptual, menggambarkan sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran, para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran matematika disesuaikan dengan realitas, situasi kelas yang ada, pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama antara guru dan peserta didik.Berbagai model pembelajaran matematikadi MTs/SMP diantaranya model pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share).Peserta didik dilatih mengutarakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Think Pair Share dirancang untuk mempengaruhi interaksi peserta didik, menghendaki peserta didik bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.
Suprijono(2009:91),tahap-tahap pada Think Pair Share:1) Berpikir (Thinking).Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan/isu terkait pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik, memberi kesempatan memikirkan jawabannya;2) Berpasangan (Pairing).Guru meminta peserta didik berpasang-pasanganuntuk berdiskusi;3) Berbagi (Sharing).Hasil diskusi intersubyektif tiap pasangan hasilnya dibicarakan bersamapasangan seluruh kelas. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)bagi peserta didik:1) memungkinkan untuk merumuskan, mengajukan pertanyaan, berkesempatanmemikirkan materi yang diajarkan;2) lebih terlatih menerapkan konsep, bertukar pendapat, pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan memecahkan masalah;3) lebih aktif menyelesaikan tugasnya dalam kelompok;4) memperoleh kesempatan mempersentasikan hasil diskusinya, idenya menyebar;5) guru lebih banyak memantau proses pembelajaran;6) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas yang diberikan oleh guru;7) memperbaiki kehadiran, tugas yang diberikan pada setiap pertemuan untuk melibatkan peserta didik secara aktif, selalu berusaha hadir di setiap pertemuan;8) Angka putus sekolah berkurang, diharapkan dapat memotivasi dalam pembelajaran, sehingga hasil belajarnya dapat lebih baik;9) Sikap apatis atau masa bodoh berkurang, melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, lebih menarik, tidak monoton;10) penerimaan individu lebih besar, semua terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru;11) Hasil belajar lebih mendalam, dapat diidentifikasi secara bertahap, lebih optimal;12) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe (TPS)Think Pair Share:1) Sulit diterapkan di madrasah/sekolah yang rata-rata kemampuan peserta didiknya rendah, waktuyang terbatas sedangkanjumlah kelompok yang terbentuk banyak;2) Pembelajaran yang baru diketahui, menimbulkan sejumlah peserta didik bingung, kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu.Setelah mengetahui kelebihan dan kelemahannya, bagiguru khususnya guru matematika dapat menggunakan model pembelajaran ini sebagai salah satu cara untuk meraih keberhasilan kegiatan pembelajaran di kelas.
Agus Setyarto,S.Pd.
Guru MTs Negeri 2 Wonogiri