SEKOLAH merupakan tempat berkumpulnya sekelompok siswa atau peserta didik, dari keluarga yang berbeda, dari kampung yang berbeda, dari desa yang berbeda, dari kecamatan yang berbeda, dan dari kabupaten yang berbeda, bahkan dari provinsi yang berbeda. Mereka memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menuntut ilmu, untuk menambah pengetahuan, maupun untuk belajar dari seorang guru. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dianggap paling penting di antara tiga jenis pendidikan lainnya, yaitu pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Oleh karena itu, tata krama siswa harus ditanamkan di lingkungan sekolah, melalui pembelajaran-pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar. Penanaman tata krama tidak perlu ada mata pelajaran khusus dan guru khusus, semua guru dapat berperan dalam menanamkan tata krama siswa tersebut. Tata krama yang dimaksud meliputi tata tertib di sekolah, kedisiplinan di sekolah, cara berkomunikasi antara siswa dan guru, cara beretika dan lain-lain.
Zaman sekarang ini, kebanyakan siswa sudah tidak lagi menjunjung tinggi tata krama. Para siswa berkomunikasi dengan guru kurang memperhatikan tata krama, mereka berkomunikasi dengan gurunya tidak memakai unggah-ungguh, seperti berbicara dengan teman yang akrab saja. Hal tersebut menunjukkan kurangnya tata krama siswa terhadap guru. Padahal guru merupakan orang tua kedua setelah orang tuanya sendiri di rumah, yang harus dihormati dan dihargai.
Siswa berkomunikasi dengan guru ada yang menggunakan bahasa Jawa dan ada yang menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jawa ada istilah unda usuk basa, sehingga harus ada perbedaan dalam pemakaian bahasa kepada orang yang lebih tua, orang yang sebaya, dan orang yang lebih muda. Kata yang dipakai untuk orang lain dan dipakai untuk dirinya sendiri juga berbeda. Siswa harusnya mengetahui semua itu agar tertanam tata krama pada dirinya. Karena rumitnya pemakaian bahasa Jawa dalam berkomunikasi, agar tidak terjadi kesalahan berbahasa alangkah baiknya komunikasi di sekolah memakai bahasa Indonesia, dalam bahasa Indonesia tidak terlalu rumit pemilahannya seperti dalam bahasa Jawa, selain itu, di lingkungan sekolah bahasa pengantar pendidikannya juga bahasa Indonesia.
Tata krama memang sudah didapat siswa di rumah bersama orang tuanya, ibu sangat berperan sekali dalam pendidikan karakter anaknya. Namun, jika mengandalkan ibu saja rasanya kurang. Karena ibu juga harus mengurusi semua pekerjaan rumah tangga. Sehingga harus ada kerja sama antara orang tua dan guru. Orang tua mengawasi perilaku anak ketika di rumah sedangkan guru akan mengawasi perilkau siswa ketika di sekolah. Terkadang anak juga bermain bersama teman-temannya di luar sekolah atau di luar rumah, maka perlu juga adanya peran serta masyarakat dalam membentuk perilaku anak di lingkungan masyarakat yang biasa disebut pendidikan nonformal. Dengan adanya kerja sama antara ketiga komponen tersebut, yaitu orang tua di rumah, guru di sekolah, dan masyarakat, maka akan terbentuk karakter anak yang menjunjung tata karama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tata krama akan tertanam budi pekerti siswa yang baik dan positif. Siswa adalah pemuda yang menjadi harapan bangsa. Masa depan bangsa ada di pundak para pemuda. Mari tanamkan tata krama terhadap siswa.
Anis Suwarti, S.Pd.,M.Pd.
Guru SMP Negeri 1 Kedawung Sragen