Dalam proses pembelajaran, kemandirian belajar peserta didik menentukan hasil belajar yang diperoleh. Peserta didik yang berinisiatif, memiliki rasa percaya diri dan merasa bertanggungjawab atas belajarnya akan berperan aktif selama pembelajaran. Peserta didik yang mandiri juga lebih memperhatikan apa yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki dari belajarnya. Dengan perhatian dan rasa memiliki terhadap proses belajarnya dimungkinkan peserta didik mendapat hasil yang lebih baik.
Sayangnya, pembelajaran Bahasa Inggris di Kelas 1 Kimia Analisis 1 SMK Negeri 1 Temanggung selama ini masih berpusat pada guru. Semua aktivitas diperintahkan oleh guru dan siswa hanya mengikuti. Hal ini menyebabkan peserta didik menjadi pasif dan kurang berkreasi. Meskipun peserta didik terlihat memperhatikan dan dengan tertib mengumpulkan tugas-tugas tetapi kemandirian belajarnya masih kurang. Sehingga perlu metode pembelajaran yang dapat mendorong kemandirian belajar peserta didik.
Salah satu cara agar kemandirian tertanam pada diri peserta didik adalah lewat proses pembelajaran yang inovatif. Salah satunya adalah Proses Pembelajaran Berbasis Proyek. Pembelajaran Berbasis Proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktifitas yang berakhir pada suatu produk, menempatkan siswa untuk berperan aktif, dan aktifitasnya disebut proyek (Fried-Booth, 2002).
Adapun langkah-langkah dan prosedur pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah: (1) memulai dengan pertanyaan penting, (2) merancang rencana proyek, (3) membuat jadwal, (4) memonitor peserta didik dan proyek, (5) menilai hasil, dan (6) mengevaluasi pengalaman. Keenam langkah ini memacu peserta didik untuk bisa merancang dan memonitor pembelajarannya sehingga tercipta kemandirian.
Langkah pertama adalah memulai dengan pertanyaan penting (start with essential question). Pada langkah ini peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan. Salah satu contohnya adalah menurunnya kesadaran dan apresiasi akan perjuangan para pahlawan. Peserta didik harus mencari cara agar dapat membangkitkan lagi penghargaan akan jasa para pahlawan yang dituangkan dalam sebuah produk.
Pada tahap kedua, produk yang akan dibuat dirancang dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan tiga sampai empat orang. Produk apa yang akan dibuat, bagaimana bentuknya, bagaimana cara membuatnya, siapa yang akan mengerjakan apa didiskusikan pada tahap ini. Setelah disepakati peserta didik akan membuat video singkat tentang peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia.
Pada tahapan ketiga tiap kelompok membuat jadwal pengerjaan video sehingga disepakati kapan waktu bertemu untuk mengerjakan proyek. Tahapan apa yang akan dikerjakan pada tiap minggunya dirumuskan dengan jelas sehingga tiap anggota kelompok fokus dan mempersiapkan diri pada waktunya.
Pada tahapan selanjutnya guru sebagai fasilitator memonitor pengerjaan proyek tiap kelompok. Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi, bagaimana usaha kelompok untuk mengatasinya, dan memberikan saran serta masukan yang mungkin dibutuhkan kelompok.
Produk yang telah dibuat dinilai pada tahapan menilai hasil. Jerih payah tiap kelompok diperlihatkan pada seluruh kelas dan diapresiasi. Setelah itu dilakukan evaluasi untuk merefleksi apa yang sudah baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan.
Proses pembelajaran ini menempatkan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. Peserta dihadapkan pada permasalahan nyata dan mencari solusi sesuai minat dan kemampuan sendiri. Oleh karena itu Pembelajaran Berbasis Proyek membangun kesadaran dan ketrampilan peserta didik dalam mengelola, mengarahkan dan memonitor belajarnya dan mengembangkan kecakapan yang penting untuk kehidupan yaitu kemandirian belajar.
Diana Prafitrianingrum
SMK Negeri 1 Temanggung