Pelayanan bimbingan konseling di sekolah merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadinya dalam mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Adapun konseling merupakan upaya bantuan profesional konselor kepada konseli untuk memudahkan terjadinya perubahan perilaku konseli yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi. Hubungan professional yang baik antara konselor dan konseli diawali dengan membentuk komunikasi yang efektif. Dan empati merupakan salah satu cara untuk membentuk komunikasi yang efektif.
Empati dalam konseling merupakan hal yang sangat penting. Mengingat proses konseling merupakan sebuah bantuan melalui interaksi. Salah satu masalah yang sering muncul di SMK Negeri 1 Miri Sragen adalah kurangnya rasa empati dalam berkomunikasi yang bisa menyebabkan kesalahpahaman interaksi komunikasi sehingga konseli frustasi dan tidak ada manfaat yang dihasilkan dari proses konseling tersebut. Empati merupakan dasar hubungan interpersonal. Hal yang juga penting diungkap dalam konteks peningkatan mutu empati seseorang adalah berlatih menampakkan ekspresi-ekspresi atau isyarat-isyarat non-verbal yang membuat orang lain merasa dimengerti dan diterima, karena kemampuan empati terutama melibatkan kemampuan seseorang untuk membaca perasaan lewat pemahaman terhadap isyarat-isyarat non verbal orang lain. Pemahaman seperti ini membuat hubungan antar individu terjalin dengan baik.
Zimmer menjelaskan bahwa konselor yang menggunakan empati cenderung menggunakan attending dimana komponen-komponennya termasuk didalam empati (kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan). Empati dekat dengan perilaku attending, paraphrasing, dan reflection of feeling. Bahkan komponen-komponen attending amat besar perannya dalam empati. Dengan perkataan lain bahwa jika kita ingin memahami empati secara mendasar haruslah melalui perilaku attending. Sebab dengan perilaku attending maka konselor akan mudah melakukan empati. Dengan adanya empati dan attending maka konseli akan terlihat lebih terbuka dalam hubungan konseling. Empati lebih dari sekedar refleksi perasaan. Empati dilaksanakan konselor dengan menggunakan keterampilan mempengaruhi (influencing skill)dengan komponen – komponennya, keterbukaan diri (self-disclosure), pengarahan (directive), dan penafsiran (interpretation). Dengan adanya komponen-komponen itu maka empati akan menjadi mendalam dan akurat serta nilainya tinggi sehingga segera dapat mengubah perilaku konseli.
Menurut Rogers, empati konselor sebagai salah satu faktor kunci yang membantu konseli untuk memecahkan masalah personalnya. Ketika seseorang berempati kepada orang lain, maka akan meletakkan dirinya “in their shoes”,melihat dunia dari mata mereka, membayangkan bagaimana bila menjadi mereka, dan berusaha merasakan apa yang mereka rasakan. Jika Konseli merasa dimengerti, maka mereka akan lebih mudah membuka diri untuk mengungkapkan pengalaman mereka dan berbagi pengalaman tersebut dengan orang lain. Konseli yang membagi pengalamannya secara mendalam memungkinkan untuk menilai kapan dan di mana mereka membutuhkan dukungan, dan potensi kesulitan yang membutuhkan fokus untuk rencana perubahan.
Saat konseli melihat empati pada diri konselor, mereka akan lebih nyaman untuk dan tidak melakukan defend seperti penyangkalan, penarikan diri, dan lain – lain. Artinya empati konselor mampu memfasilitasi perubahan pada konseli . Sebaliknya akan lebih mau membuka diri terhadap dunia luar dengan cara yang lebih konstruktif. Semakin besar derajat empati konselor, maka akan semakin besar pula peluang yang dimiliki oleh konseli untuk dapat melangkah maju dalam konseling. Sehingga pelayanan bimbingan konseling di sekolah yang merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dapat berjalan maksimal.
Nurul Khairiyah S.Pd, M.Si.
Guru BK SMK Negeri 1 Miri Sragen