Karakter kinerja dalam dunia industri, menjadi modal utama agar dapat bekerja dengan baik dan bersaing. Fakta yang ada, angka keterserapan tamatan SMK di dunia industri masih rendah. Dunia industri beranggapan lulusan SMK belum siap kerja. Kebutuhan tenaga kerja banyak, tetapi yang tersedia tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan.
Kepala BPS Suhariyanto dalam www.cnnindonesia.com mengatakan, jika dilihat menurut pendidikan tertinggi maka persentase pengangguran tamatan SMK sebesar 8,92%. “Tingkat pengangguran menurut pendidikan masih tinggi jurusan SMK. Angka ini menurun dibandingkan 2017, tetapi masih menjadi PR bagaimana kurikulum SMK bisa menjawab dunia kerja,” kata Suhariyanto.
Kekurangsiapan lulusan SMK dalam bekerja, dipengaruhi beberapa faktor seperti; kurangnya tata kelola sekolah termasuk laboratorium yang tidak up to date, pembelajaran kurang memahami pasar, mutu, perkembangan teknologi, dan persaingan, serta kurang optimalnya proses pembelajaran yang berwawasan dunia industri baik teori dan praktik.
Pendidik hendaknya memahami konten pembelajaran adalah apa yang diajarkan, sehingga literasi adalah bagaimana mengajarkan konten tersebut. Bidang-bidang yang telah disebutkan dan lintas bidang memerlukan strategi literasi dalam pembelajarannya. Strategi literasi dalam pembelajaran akan membentuk karakteristik siswa dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 yang antara lain adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembentukan karakter kerja berbasis industri dapat digunakan pada pembelajaran praktik kejuruan. Pembelajaran praktik kejuruan merupakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan siswa menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan keterampilan yang diberikan dan peralatan yang digunakan.
Pendidik berperan sebagai supervisor dan quality control selama proses pembelajaran sampai penilaian. Tahapan pembelajaran diawali dengan eksplorasi nilai karakter kerja yang akan dikembangkan. Peserta didik mengidentifikasi nilai karakter yang dijalankan, sehingga menjadi sadar untuk melaksanakan dalam kegiatan praktik.
Pendidik sebagai fasilitator, membagi peserta didik menjadi kelompok kerja dan membagi job kerja. Tiap kelompok membuat perencanaan pada lembar kerja/jobsheet, mulai menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), langkah-langkah kerja, prediksi waktu, literasi/referensi yang digunakan.
Guna mencapai efisiensi kerja dalam praktik peserta didik wajib memahami dan melaksanakan petunjuk tentang keamanan dalam melaksanakan pekerjaan baik dengan menggunakan peralatan tangan ataupun pengoperasian mesin-mesin sesuai SOP (Standards Operation Procedure) yakni prosedur penggunaan peralatan keselamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Karakter yang dikembangkan adalah rasa toleransi, kerja sama, disiplin dan tanggung jawab.
Siswa melaksanakan praktik sesuai jobsheet yang dibuat serta berpedoman pada literasi yang dipakai, seperti manual book, modul praktik ataupun buku-buku yang mendukung. Nilai karakter kerja diintegrasikan dalam proses kerja siswa. Peran pendidik dalam kegiatan praktik adalah mengamati nilai karakter kerja siswa, membimbing dan mengarahkan kegiatan praktik dengan menggunakan lembar observasi.
Pasca kegiatan praktik, kelompok mengkomunikasikan dengan presentasi atau membuat laporan/reportsheet, peserta didik memaknai dan menghargai karakter kerja yang telah dilaksanakan kelompoknya ataupun kelompok siswa lain. Tahapan penilaian yang dilakukan pendidik meliputi penilaian persiapan, proses kerja, K3, kualitas produk, ketepatan waktu, dan pengamatan aspek karakter kerja.
Melalui pembelajaran praktik kejuruan yang terencana dengan baik diharapkan akan menumbuhkan karakter kerja berbasis industri, memperoleh keterampilan yang ditetapkan, proses pembelajaran efektif, efisien, sehingga mampu memberikan pendidikan yang bermakna dan berkarakter.
Kurnianto, S.Pd.,M.Pd.
Guru TKR SMKN 1 Gesi