Semangat dalam belajar, mengapa tidak? Berbagai upaya dilakukan guru agar siswa semangat dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Salah satunya adalah dengan menggunakan seperangkat alat untuk tayangan video. diantaranya, laptop, layar proyektor, LCD, CD pembelajaran dan sebagainya.
Dengan menyaksikan tayangan video pembelajaran maka siswa akan secara bersama-sama belajar dari pusat perhatian yang sama. Mereka akan lebih merespon tayangan yang disajikan dalam video tersebut daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru, maupun membaca sendiri dari buku. Dengan menyaksikan apa yang sedang ditayang mereka akan melakukan juga apa yang sedang teman mereka saksikan saat itu juga.
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran akan menggiring pemahaman siswa ke arah yang lebih baik, sehingga dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal (Siahaan, 2008).
Dalam kegiatan belajar mengajar, alat bantu pembelajaran adalah sesuatu yang dapat dijadikan sarana penghubung untuk mencapai pesan yang harus dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Alat bantu pembelajaran membantu proses pembelajaran terutama berkaitan dengan indera pendengaran dan penglihatan (Sartono, 2009).
Video Pembelajaran adalah media yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran (Cheppy Riyana, 2007).
Siswa kelas IV semester 1 SDN 1 Bendungan Th.2018/2019 sebanyak 31 siswa, pada pelajaran matematika pokok bahasan”PECAHAN”sub pokok bahasan”Mengubah Berbagai Bentuk Pecahan” saat diadakan penilaian hasilnya sangat tidak memuaskan. Sebanyak tujuhbelas siswa mendapat nilai di bawah 60 , delapan siswa dengan nilai 61-70, dua siswa dengan nilai 71-80, tiga siswa dengan nilai 81-90, hanya satu siswa mendapat nilai 91-100. Dengan demikian prosentase siswa yang mendapat nilai di bawah 70 adalah 81, hanya 19 siswa mendapat nilai di atas 70. Penulis berupaya agar hasil yang dicapai siswa menjadi sebaliknya, 81 atau bahkan lebih diharapkan siswa mendapat nilai di atas 70.
Maka digunakan video pembelajaran terkait materi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Pada saat diadakan penilaian ulang, hasil perolehan nilai siswa sudah menunjukkan peningkatan. Sebanyak lima siswa memperoleh nilai di bawah 60, tiga siswa dengan nilai 61-70, dua belas siswa memperoleh nilai 71-80, enam siswa dengan nilai 81-90, dan lima siswa mencapai nilai 91-100. Dengan demikian prosentase nilai di bawah 70 adalah 26, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas 70 adalah 74. Agar mencapai hasil yang lebih optimal, maka penulis kembali mengulang penayangan video pembelajaran materi tersebut dan hasilnya menunjukkan peningkatan lagi. Lima siswa masih bertahan pada nilai di bawah 60, dua siswa dengan nilai 61-70, enam siswa dengan nilai 71-80, delapan siswa dengan nilai 81-90, dan sepuluh siswa berhasil mencapai nilai 91-100. Dengan demikian peningkatan nilai pada pembelajaran setelah menggunakan video pembelajaran, jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah 70 turun 3 dari sebelumnya 26 menjadi 23, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di atas 70 meningkat 3 dari sebelumnya 74 menjadi 77.
Meskipun bukan merupakan satu-satunya alat yang bisa digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, namun video pembelajaran dapat membantu. Terutama pada kondisi sekolah dan lingkungan yang masih minim akan fasilitas seperti di sekolah kami. Tentu saja upaya-upaya lain juga dilakukan demi peningkatan prestasi siswa.
Samsiyah, S.Pd. SD
SD N 1 Bendungan
Kec. Tretep Temanggung
