Tak bisa dipungkiri belajar matematika kerap menjadi momok bagi anak-anak. Mereka merasa kesulitan dalam menghitung, memahami soal, hingga menghafal rumus. Bagi mereka belajar matematika dirasa kurang bermakna bagi kehidupannya. Hal ini menyebabkan kurangnya minat siswa belajar matematika. Anak-anak jadi membenci dan malas mempelajarinya dengan lebih serius. Belajar matematika tidak bisa dilakukan dengan drill soal terus menerus melainkan harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan agar anak-anak mudah memahaminya tanpa merasa kesulitan dan terpaksa. Guru dituntut professional dalam mengelola kelas dengan strategi mengajar yang membangun pola pikir siswa. Guru memegang peranan penting dalam keberhasilan siswa.
Hasil pengamatan dan evaluasi hasil pembelajaran penulis selaku guru kelas V di SDN Pati Kidul 01 menemukan beberapa permasalahan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Salah satu materi yang dianggap sulit adalah bangun ruang. Anak merasa kesulitan dengan segudang rumus yang harus dihafal. Siswa juga kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarenakan guru kurang memberikan metode yang tepat dan menarik. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan fakta tersebut, berbagai upaya dilakukan guru untuk menarik perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika sehingga hasilnya menjadi baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa adalah pembelajaran kooperatif dengan metode NHT (Numbered Heads Together). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Struktur yang dikembangkan Kagen ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individu. Menurut Kagen (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Langakah-langkah pembelajaran dengan model NHT, pertama guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor berbeda-beda. selanjutnya guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Guru memberikan bimbingan bagi kelompok yang membutuhkan. Langkah berikutnya siswa berfikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. Guru menyebutkan salah satu nomor dan secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Siswa yang nomornya disebutkan guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan.
Berdasarkan langkah-langkah pada NHT tersebut tentunya suatu materi yang rumit dengan segudang rumus seperti bangun ruang dapat dipelajari dengan serius karena siswa telah dibantu oleh teman yang lebih mampu dalam kondisi diskusi kelompok.
Dari proses pembelajaran ini guru telah membuktikan tidak hanya ada peningkatan pada pemahaman tetapi prestasi belajar yang meningkat. Model NHT salah satu model yang disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika karena tidak dibatasi oleh sub pokok bahasan melainkan hanya peran guru dalam merencanakan dan meyiapkan materi ajar. Siswa lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang diharapkan.