PKn merupakan suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebajikan dan budaya kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu lain yang relevan, yang secara koheren, diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler kewarganegaraan, aktivitas sosio kultural kewarganegaraan, dan kajian ilmiah kewarganegaraan.
Dalam dunia pendidikan saat ini, kualitas pembelajaran tidak hanya dinilai dari hasil namun juga dari proses. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berbagai masalah timbul selama pembelajaran khususnya kelas IXA di SMPN 2 Eromoko diantaranya adalah proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih ditekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya ditekankan pada dimensi kognitif saja.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran PKn sebagai wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan “hands on experiences” juga harus memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktik pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif, menyenangkan dan bermakna bagi siswa.
Salah satu alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yaitu dengan meningkatkan kualitas guru dan mendorong keterlibatan siswa di dalam pembelajaran yakni dengan menerapkan model Learning Cycle. Learning Cycle adalah suatu model yang berpusat pada siswa. Learning Cycle merupakan rangkaian tahap- tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Sehingga memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa
Menurut Lorsbach (2002) dalam Wena (2013:17) tahap- tahap dalam model Learning Cycle yaitu: (1) Tahap pembangkitan minat (Engagement). (2) Eksplorasi, siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesi baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide- ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. (3) Penjelasan, siswa dituntut untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/ pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. (4) Elaborasi, merupakan tahap di mana siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. (5) Evaluasi, merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.
Selama proses pembelajaran dengan model Learning Cycle, guru sebagai fasilitator dan motivator serta memgawasi semua tahap yang dilalui siswa. Guru memberikan kesempatan yang maksimal kepada siswa untuk berpendapat menyampaikan ide, mengkritisi pemikiran/penjelasan siswa lain.
Model Learning Cycle telah diterapkan pada pembelajaran PKn kelas IXA semester 2 materi globalisasi di SMPN 2 Eromoko tahun pelajaran 2018/2019, dalam kesempatan ini kami berharap model Learning Cycle ini mampu meningkatkan kualitas guru Pkn. Dengan harapan juga mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif, menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Model Learning Cycle ini dapat menjadi alternatif model pembelajaran bagi mata pelajaran lain, tidak hanya PKn.
Ponco Winarno, S.Pd
Guru PKn SMPN 2 Eromoko