“Kobar” Tingkatkan “Tasamuh” Antar Siswa

Dra. Yayuk Masruriyah, M. Pd. Guru PAI SMP Negeri 6 Temanggung, Jawa Tengah
Dra. Yayuk Masruriyah, M. Pd. Guru PAI SMP Negeri 6 Temanggung, Jawa Tengah

Salah satu perubahan mendasar dalam kurikulum 2013, siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dalam pembelaajaran siswa dibiasakan berkelompok berdiskusi mengkaji materi pelajaran. Namun masih sering dijumpai kegiatan kelompok didominasi oleh beberapa siswa yang aktif berbicara sedangkan siswa yang lain hanya diam, pasif, sehingga nampak kurang kondusif. Untuk itu perlu diciptakan suasana yang bisa memacu agar setiap siswa aktif dan bergairah sehingga pembelajaran nampak hidup.

Penerapan model pembelajaran “kobar” atau kooperatif berbasis gambar, diharapkan dapat menggugah antusias siswa sehingga masing-masing berperan aktif dan tercipta pembelajaran yang menyenangkan di samping memahami materi yang dipelajari. Menurut Isjoni (2009:27), pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri diantaranya, setiap anggota memiliki peran yang sama dan terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa. Setiap anggota kelompok juga bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya. Selain itu, guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok dan hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Baca juga:  Guru Nge-Hits Vs Generasi Micin

Menurut Sadker dalam Miftahul Huda (2011:66) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif diantaranya, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, dan siswa akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi. Di samping itu siswa akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar, dan juga menjadi lebih peduli pada teman-temannya. Diantara mereka juga akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif), serta meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang berbeda.

Dalam kegiatan pembelajaran ini guru memfasilitasi dengan memanfaatkan gambar-gambar yang bagus terkait materi sehingga siswa tertarik untuk melihat, mencermati, mencari, dan menemukan arti atau makna gambar. “Kobar” ini bisa diterapkan pada materi yang membutuhkan penilaian, komentar atau tanggapan dari siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi terkait. Misalnya pada materi akhlak (perilaku).

iklan
Baca juga:  Project Based-Learning, efektifkan pembelajaran di kelas

Pada langkah awal guru membentuk kelompok, kemudian membagikan gambar yang berbeda kepada semua kelompok. Ada gambar orang yang berperilaku baik maupun yang berperilaku tidak baik. Selanjutnya, setiap siswa diminta mencermati dan diharuskan menuliskan penjelasan gambar dan tanggapan secara individu. Pada tahap ini akan terjadi setiap siswa berperan aktif karena masing-masing punya tanggungjawab yang harus diselesaikan sendiri-sendiri.

Tahap berikutnya tanggapan yang sudah ditulis dikaji bersama dalam kelompok untuk dirumuskan suatu simpulan yang menjadi kesepakatan dalam kelompoknya. Masing-masing menyampaikan tanggapannya. Di sinilah akan nampak interaksi antar anggota dalam kelompok yang heterogen. Mereka saling tukar pengetahuan, menghargai, dan memahami teman, menerima perbedaan pendapat sehingga tidak memaksakan kehendak kepada teman. Sifat egois tidak lagi muncul. Sikap menghargai perbedaan itulah yang disebut toleransi atau “tasamuh.” Setelah semua kelompok merumuskan simpulan, secara bergantian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Ketika kelompok lain bertanya atau menanggapi, kelompok yang presentasi saling mendukung memberikan umpan balik. Pada saat itu anggota kelompok bekerjasama dalam satu suara mempertahankan simpulan yang sudah disepakati. Setelah selesai, pada tahap akhir guru memberikan penjelasan materi yang belum tergali dan penekanan materi yang butuh perhatian khusus.

Baca juga:  Pengumpulan Tugas Secara Offline di Masa PJJ

Dengan penerapan “kobar” ini tidak ada lagi siswa yang mendominasi dalam kelompok. Siswa tidak memaksakan kehendaknya, mengharuskan pendapat dialah yang harus diikuti. Ketika ada anggota menyampaikan pendapat, yang lain memperhatikan dengan seksama. Pada saat merumuskan simpulanpun para siswa bermusyawarah untuk menyamakan pendapat sehingga mencapai kesepakatan. Dengan demikian benar-benar nampak sikap “tasamuh” atau toleransi antar siswa.

Dra. Yayuk Masruriyah, M. Pd.
Guru PAI SMP Negeri 6 Temanggung, Jawa Tengah

iklan