Matematika sebagai ilmu pengetahuan dasar sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi. Namun kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sukar oleh siswa. Situasi pembelajaran yang monoton dimana guru matematika mendominasi proses pembelajaran membuat siswa seperti terkebiri untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang harusnya membutuhkan motivasi tinggi namun kenyataan dilapangan matematika di cap sebagai pelajaran yang membosankan. Akibatnya banyak siswa yang mendapatkan nilai matematika dibawah kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan.
Nilai matematika yang rendah tersebut juga terjadi di sekolah kami SMPN 4 Satu Atap Karangrayung yang berlokasi di Kabupaten Grobogan. Sebagai contoh data ulangan matematika materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada semester Genap Tahun 2018/2019 di bawah KKM sebanyak 15 siswa atau sebanyak 62,5%. Siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM sebanyak 9 orang atau sebanyak 37,5% .
Masalah-masalah tersebut di atas harus segera mendapatkan solusi. Jika tidak segera dicarikan solusi yang tepat maka akan berakibat sebagian besar siswa akan mendapat nilai semester genap yang mengecewakan dan tidak tuntasnya KKM yang diharapkan. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah di atas menurut penulis adalah adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends:2001:50). Para anggota dari kelompok- kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.
Dengan menerapkan pembelajaran jigsaw maka tingkat keaktifan siswa akan meningkat, transfer pengetahuan tidak hanya dari guru kepada siswa namun juga siswa satu dengan yang lain juga terjadi interaksi. Interaksi antar siswa satu dan yang lain akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan juga mengurangi kebosanan dalam pembelajaran. Motivasi belajar akan sangat berpengaruhi hasil belajar siswa.
Pembelajaran Jigsaw memang sudah sangat familiar dikalangan praktisi pendidikan dan sudah banyak sekali di terapkan di sekolah-sekolah indonesia. Penulis sendiri juga pernah mengadakan penelitian tentang pembelajaran jigsaw pada materi Bangun Ruang Sisi Datar Di kelas 8 Tahun pelajaran 2018/2019. Dari hasil peneleitian diperoleh gambaran, siswa memperoleh nilai hasil tes tulis ≥ 67 pada siklus I sebanyak 16 siswa (66,7 %), siklus II sebanyak 22 siswa (91,7%) .Dari hasil observasi diperoleh gambaran adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu pada siklus 1 siswa yang aktif dan sangat aktif sebanyak 15 siswa (62,5 %), siklus II sebanyak 18 siswa (83,33%) .
Kesimpulkan yang ingin penulis sampaikan bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain hasil belajar yang meningkat, penerapan pembelajaran jigsaw juga bisa menumbuhkan motivasi belajar siswa karena situasi pembelajaran yang aktif dan tentunya menyenangkan.
Eko Suseno,S.Pd
SMPN 4 Satu Atap Karangrayung