Discovery Learning Praktikum Tingkatkan Aktivitas Belajar IPA

Nanik Sri Rahayu, S.Pd SMP Negeri 1 Karangrayung, Grobogan
Nanik Sri Rahayu, S.Pd SMP Negeri 1 Karangrayung, Grobogan

Pembelajaran yang efektif dan efisien terjadi apabila seorang guru dapat memahami dan menerapkan metode pembelajaran, dan mengenal karakteristik siswa Selain itu, guru harus dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariatif untuk pencapaian kompetensi yang harus dimiliki siswa. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Tetapi kenyataannya di lapangan guru masih banyak melakukan pembelajran konvensional yang kurang mendukung aktifitas siswa. Siswa cenderung pasif, pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru, dimana siswa hanya mencatat, mendengar tanpa adanya keterlibatan secara langsung dalam pembelajaran. Siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang amat sulit, rumit dan membosankan, banyak rumus yang harus dingat dan dihapalkant, akibatnya hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal ini terjadi di SMP Negeri 1 Karangrayung rata rata hanya 66,64% siswa di kelas 7B SMP N 1 Karangrayung kurang aktif dalam pembelajaran. Mereka menganggap pelajaran IPA khususnya fisika merupakan pelajaran yang sulit tidak menyenangkan dan membosankan karena banyak materi yang abstrak sulit serta rumus matematis yang sulit dihapal dan diingat. Akibatnya hasil belajar siswa kurang dari 50% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan ketuntasan 75.

Baca juga:  Penanaman Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa

Untuk mengatasi masalah tersebut maka setiap guru harus bisa memilih metode yang tepat untuk mengaktifkan siswa sehingga hasil belajar siswa lebih dari 85% memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal. Salah satunya adalah model pembelajaran Discovery Learning dengan metode Praktikum. Model Pembelajaran discovery learning menurut Paul Suparno (2007: 72) adalah pengajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa untuk menemukan sesuatu sendiri, siswa dapat lebih mengerti secara dalam. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Sedangkan Metode praktikum menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 84-85) adalah cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Pada model ini siswa berperan aktif dalam proses belajar dengan menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan, memecahkan persoalan, untuk menemukan konsep dasar. Peran guru hanya memberikan arahan dan bimbingan. Unsur penting dalam proses ini adalah siswa dengan aktif menggunakan pikirannya sendiri mencoba menemukan dan menjawab berbagai pertanyaan atau persoalan, memecahkan persoalan, untuk menemukan konsep dasar.

Baca juga:  Matematika Asyik “Temukan si bilbul melalui TAI”

Dari hasil pengamatan aktivitas afektif siswa kelas 7B SMP Negeri 1 Karangrayung pada materi Klasifikasi Materi Zat setelah melaksanakan model pembelajaran model Discovery Learning dengan Praktikum menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan prosentase tuntas secara klasikal sebesar 95%. Sedangkan aktifitas psikomotor siswa menunjukkan ketuntasan yang mksimal 96,34%, akibatnya hasil belajar IPA pada materi klasifikasi materi Zat siswa rata-rata 85,83 sebanyak 91,23% dengan keterangan tuntas KKM secara Klasikal. Hal ini dibuktikan bahwa dalam tiap kelompok, kerjasama dalam praktikum, tanggung jawab, aktif mengerjakan tugas, komunikasi, menghargai pendapat orang lain atau semua unsur afektif dan psikomotorik yang diamati sudah sangat meningkat dan mencapai ketuntasan secara klasikal lebih dari 85%.

Baca juga:  Pakem, Jadikan Hasil Belajar Siswa Meningkat

Dari Hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning dengan praktikum dapat meningkatkan aktivitas afektif, psikomotorik dan hasil belajar siswa kelas 7B SMP Negeri 1 Karangrayung. Siswa merasa senang karena dapat membuktikan sendiri konsep IPA yang selama ini dianggap abstrak dan membosankan, siswa yang semula tergantung guru dan sebagai pendengar saja dapat secara langsung ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bisa menggunakan langsung alat secara nyata Sehingga pengetahuan konsep IPA akan bertahan lama.


Nanik Sri Rahayu, S.Pd
SMP Negeri 1 Karangrayung, Grobogan