Tingkatkan Kemampuan Hitung ABK dengan Kalender

Suhanto,S.Pd Guru SLB Negeri Sragen.
Suhanto,S.Pd Guru SLB Negeri Sragen.

Kemampuan berhitung bagi anak berkebutuhan khusus menjadi tantangan bagi guru Sekolah Luar Biasa. Keadaan tersebut hingga saat ini masih menjadi pemikiran bagi guru SLB pada umumnya. Sedangkan guru masih menggunakan cara berhitung dengan jari, batang lidi, maupun dengan benda lain. Hal tersebut diperparah dengan kemampuan siswa yang terbatas dalam menghitung dengan hafalan. Sehingga pola pembelajaran yang konvensional berdampak pada kegagalan dalam pembelajaran berhitung. Kegagalan dalam pembelajaran lainnya akibat dari kurang efektifnya guru dalam memanfaatkan alat peraga yang menunjang cara hitung mudah. Sehingga semakin menguatkan pandangan orang, bahwa kegagalan pembelajaran berhitung memang ada. Untuk itu diperlukan metode maupun alat peraga yang efektif. Walaupun hal tersebut banyak kendala dan tantangan. Keadaan tersebut diduga terjadi di SLB Negeri Sragen.

Dalam hal lain, keadan siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran, kemampuan berfikir dan motoriknya. Sedangkan anat Tunadaksa kebanyakan mempunyai hambatan dalam motoriknya, baik tangan maupun kakinya hingga penglihatannya. Maka tak heran, walaupun dalam pembelajaran berhitung sudah disediakan sarana dan prasarana yang memadai, mereka yang tergolong Regit, Spastic, Athetoit akan mengandalkan kemampuan daya pikir dalam pembelajaran yang berhubungan dengan hitungan. Mengapa ? Karena tangan-jari mereka kaku tremor sulit untuk bergerak, memegang, memilah-milah, mengelompokkan benda, menarik, menggeser benda, yang semua itu tidak bisa runtut, rapi seperti anak normal pada umumnya.

Baca juga:  CTL Tingkatkan Prestasi Belajar Matematika

Anak tunadaksa tidak hanya berkelainan pada fisiknya, namun juga psikisnya. Untuk itu dalam hal pembelajaran di kelas, guru memutar otak, bagaimana anak dapat menghitung hasil penjumlahan atau pengurangan dengan benar. Pernah guru menggunakan potongan-potongan bambu, kerikil, atau benda lain untuk mempermudah dalam menghitung, namun berulang-kali disebutkan di atas, anak tidak mampu untuk menggerakkan jari tangannya untuk memindah, mengelompokkan banda-benda yang digunakan untuk menghitung soal yang dikerjakannya. Maka salah satu alat peraga yang diterapkan guru di kelas terhadap anak tersebut adalah lembar kalender. Yang mana kalender tersebut dipilih pula yang bertuliskan bilangan ( angka ) yang besar-besar serta bilangan tersebut tertulis di dalam kotak. Mengapa tidak sembarang kalender bisa sesuai diterapkan pada anak tersebut ? Karena di samping berkotak besar mudah dilihatnya, supaya mudah membedakan bilangan satu dengan sebelahnya, tentu mempermudah untuk menunjukkan ( menunjuki dengan anggota tubuh yang mereka gunakan ).

Baca juga:  “Group Investigation” Tingkatkan Hasil Belajar IPA

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran berhitung dapat dicontohkan seperti anak agar menyelesaikan tugas menghitung 3 ditambah 5. Maka langkah guru sebagai berikut, pertama letakkan lembar kalender di depan anak dengan rapi, mudah dilihat dengan jelas, mudah ditunjuki dengan mudah. Kedua mulailah anak menghitung di belakang bilangan 3 yaitu sebanyak lima kali atau lima kotak bilangan ( 4,5,6,7,8 ), maka akan jatuh pada bilangan 8. Pada pembelajaran ini, peran guru sangat diperlukan , karena guru perlu membantu memastikan bilangan uang ditunjuki, agar hasil penjumlahan dapat benar menggunakan alat peraga ini. Faktor lain guru harus membantu, karena anak selain mengalami hambatan gerak tangan dan kaki, ada pula yang mengalami gangguan penglihatan pula. Begitu pula dalam hal hitungan pengurangan, maka anak tinggal menghitung mundur dari bilangan yang dikurangi sesuai bilangan yang mengurangi.


Baca juga:  Pantun Sebagai Media Penanaman Karakter Siswa di Sekolah

Cara ini tidak serta-merta anak dengan mudah dan cepat memahami dan mampu menirukan seperti yang dicontohkan guru, tetapi anak harus berulang kali dituntun dan dilatih oleh guru. Terbukti hampir tiga bulan anak selalu dilatih menggunakan alat peraga ini, mampu menyelesaikan soal-soal penjumlahan atau pengurangan di bawah 30. Akhirnya, dengan alat bantu kalender, mampu membantu anak tunadaksa ( D1) menyelesaikan penjumlahan yang hasilnya dibawah 30 dan pengurangan yang bilangan yang dikurangi paling banyak 30. Semoga cara ini memberi inspirasi bagi guru yang mengajar SLB kelas rendah dan yang tergolong C1, maupun D1.

Suhanto,S.Pd
Guru SLB Negeri Sragen.