Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pembelajaran matematika sangat penting dikuasai siswa, tetapi siswa belum terlibat maksimum dalam pembelajaran khususnya materi jaring-jaring kubus. Pada materi jaring-jaring kubus ada sebelas pola jaring-jaring kubus. Umumnya, pembelajaran ini dikenalkan dengan satu media yang berbentuk kubus. Penggunaan media seperti ini dirasa kurang efektif untuk menemukan berbagai konsep jaring-jaring kubus. Di SD Negeri Pateken Wonoboyo, siswa juga menemui kesulitan dalam menemukan konsep jaring-jaring kubus, dimana siswa masih lemah dalam membuat jaring-jaring kubus, dan terkadang cenderung tidak dapat membentuk sesuai rangkanya.
Berdasarkan keadaan tersebut, perlu langkah-lagkah strategis untuk mengatasinya salah satunya menggunakan media “mimikri kubus”. Menurut Cangara (2006:119) menyatakan bahwa media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. “Mimikri kubus” di sini merupakan adaptasi dari sifat bunglon karena media pembelajaran ini dapat menjelaskan berbagai konsep yang berhubungan dengan jaring-jaring kubus dengan cara mengubah ke dalam berbagai bentuk. Komponen-komponen yang terdapat dalam “mimikri kubus” yaitu potongan jaring-jaring kubus yang berbentuk persegi, bisa terbuat dari kardus atau mika berjumlah 6 buah sesuai dengan sisi-sisi kubus, dan kawat berjumlah 12 buah yang fungsinya untuk menyatukan potongan-potongan antara sisi-sisi ujung kubus. Juga kartu manual guide yang berfungsi untuk menerapkan berbagai konsep jaring-jaring kubus. Dengan mimikri kubus pembelajaran matematika dapat memperjelas banyak hal terkait dengan konsep jaring-jaring kubus. Media ini dapat mengispirasi siswa lebih aktif,, lebih cepat tanggap dan berkreasi menemukan konsep jaring jaring kubus yang lainya.
Pembelajaran dalam menemukan jaring-jaring kubus ini dilakukan melalui beberapa langkah. Langkah pertama, siswa terbagi dalam kelompok yang terdiri dari 3 atau 4 siswa yang heterogen. Kedua, siswa menyiapkan “mimikri kubus” tersebut dengan ukuran yang sama pada sisi-sisinya sejumlah 6 buah beserta kawat yang berjumlah 12 sebagai pengikat rusuk-rusuknya. Ketiga, guru membimbing setiap kelompok untuk menyusun sebuah jaring-jaring seperti dalam manual guide. Keempat, siswa mulai membentuk atau menyusun menjadi kubus. Siswa ada yang harus memegang beberapa persegi kecil tersebut supaya tidak berubah posisi, apabila dalam pola jaring-jaring tersebut salah tentunya tidak akan membentuk bangun ruang kubus.
Dari kegiatan tersebut siswa merasa senang dan mudah dalam menemukan macam pola. Selanjutnya siswa menentukan berbagai macam pola yang sesuai dengan manual guide. Siswa akan menyatakan bahwa jaring-jaring pada kubus ini benar atau salah, menentukan alas pada jaring-jaring kubus tersebut yang mana pada setiap persegi kecil sudah diberi nomor. Siswa menjadi lebih tertarik dalam menentukan pola jaring-jaring kubus karena mereka mengalami sendiri dalam proses pembelajran. Media “mimikri kubus” ini juga memberikan gambaran yang abstrak menjadi gambaran yang kongkrit sehingga pembelajaran matematika lebih menyenangkan, efektif dan inovatif. Dengan demikian media “mimikri” dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan jaring-jaring kubus karena siswa melakukannya secara langsung. Hal ini didukung dengan pendapat Rahmanelli (2005: 237) yang menyatakan apabila siswa terlibat dan mengalami sendiri atau siswa ikut proses pembelajaran maka hasil belajar siswa akan lebih baik dan materi pembelajaran juga lebih lama diingat oleh siswa.
Yuli Martiningsih, S.Pd.SD
SD Negeri Pateken Kec. Wonoboyo Kab. Temanggung