Beberapa pekan kemarin media sosial dihebohkan dengan video seorang siswa merokok di kelas yang justru menantang gurunya saat ditegur. Aksi tak terpuji itu dilakukan oleh AA (15) seorang siswa SMP PGRI Wringinanom, Gresik kepada Nur Khalim (30) guru IPS di sekolah tersebut. Namun pada akhirnya AA meminta maaf dan Nur Khalim dengan besar hati memberikan maaf kepada muridnya.
Aksi yang dilakukan oleh AA adalah perbuatan yang tercela dalam Agama Islam biasa disebut dengan akhlak madzmumah. Yang jadi pertanyaan mengapa generasi bangsa kita sekarang banyak yang memiliki akhlak yang tercela ? Hal ini tidak terlepas dari lingkungan pergaulan siswa di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Akhlak tercela (akhlak madzmumah) memiliki arti perbuatan tercela menurut akal dan syariat islam dan bukan sifat Nabi Muhammmad SAW. ( Nasrul, 2015:37). Sehingga akhlak madzmumah berarti semua perbuatan manusia yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan akal sehat manusia. Misalnya berbuat aniaya, dengki,berbohong dan lain sebagainya, perbuatan-perbuatan tersebut selain merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain.
Islam melarang akhlak tercela sebagaimana tertuang dalam sebuah Hadist Nabi yang artinya “…janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.( HR.Muslim ). Dari hadis tersebut bisa kita ambil kesimpulan kita sebagai umat islam dilarang untuk melakukan perbuatan dengki dan bermusuhan.
Karena akhlak madzmumah itu merugikan, perlu ada solusi agar bisa mebentengi generasi penerus kita agar terhindar dari akhlak madzmumah? Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh pendidik terutama guru agama islam adalah dengan metode ISRA ( Islam rahmatan lil’alamin).Metode berbasis ISRA merupakan metode yang di gulirkan oleh Kementerian Agama RI dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam yang merujuk pada perubahan paradigma peserta didik agar dapat memahami Islam dari pelajaran PAI di sekolah yang menerapkan nilai toleransi, kerjasama, dan perdamaian ( Lampung Media Online 30 Juni 2016).
Adapun langkah-langkah metode ISRA adalah pertama guru merencanakan pembelajaran PAI kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kedua guru memberikan pengantar dan arahan melalui kegiatan literasi ketiga siswa melaksnakan diskusi dengan kelompoknya masing-masing mengupas tentang tema yang telah diberikan oleh pendidik keempat guru menjadi fasilitator dalam kegiatan diskusi laporan hasil evaluasi dan praktek. kelima Masing- masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas dan keenam guru menyimpulkkan materi pembelajaran pada saat itu.
Pada saat mereka berkelompok, maka nilai-nilai ISRA terbentuk dan diimplementasikan langsung ke siswa. Mereka akan lebih menghargai perbedaan pendapat, menghilangkan sikap egois, jika sistem pembelajaran ini sering berulang maka akan membentuk kebiasaan, ketika terulang dengan sendirinya akan membentuk pola pikir dan karakter siswa yang mencerminkan nilai-nilai ISRA. Selain itu dengan metode ini siswa menjadi lebih antusias karena memancing kreatifitas dan membuat pelajaran PAI jadi lebih menyenangkan
dengan begitu, diharapkan melalui sistem pembelajaran ISRA peserta didik akan membentuk sikap yang mencerminkan islam rahmatan lil’alamin (agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi seluruh alam) sehingga akhlak madzmumah yang selama ini dimiliki peserta didik bisa di minimalisir dan di cegah.
.
Yanto, M.Pd.I
Guru SMK Negeri 1 Gesi Kab. Sragen