Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Selama ini belajar hanya dijadikan sebuah proses yang harus dijalani tanpa berpikir panjang manfaat dari belajar itu sendiri. Akibatnya banyak orang yang lulus atau menyelesaikan sekolahnya tetapi tidak sepenuhnya dapat mengimplementasikan pelajaran yang didapat di sekolah ke dalam kehidupan yang dihadapi.
Terkait dengan hal tersebut, pembelajaran matematika di sekolah dasar khususnya di SD Negeri 1 Tegalsari Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, saat ini matematika dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit. Dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, siswa hanya menjadi pembelajar yang cenderung pasif sehingga situasi belajar menjadi membosankan, tidak menyenangkan, dan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini pun berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Hasil belajar menurut Anni (2004: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Untuk itu guru harus dapat menyajikan pembelajaran yang menarik untuk siswa. Untuk mengatasinya diperlukan metode dan model pembelajaran yang inovatif, salah satunya metode pembelajaran discovery.
Metode discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menyelidiki dan menemukan sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Menurut Rohani (2004: 39) bahwa metode discovery berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subjek disamping sebagai obyek pembelajaran. Metode discovery adalah metode yang mengatur pengajaran mulai dari langkah perumusan masalah untuk dipecahkan, penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Cara mengajar dengan metode discovery merupakan salah satu strategi guru untuk membuat siswa terlibat dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang dikuasai siswa konkrit, karena siswa menemukan sendiri jawaban yang ditanyakan. Metode discovery menempatkan guru sebagai fasilitator, bukan sumber utama pembelajaran, posisi guru sebagai fasilitator akan membuat siswa lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya bersikap pasif dan menunggu instruksi dari guru.
Langkah pembelajaran matematika materi sifat bangun ruang dengan metode discovery diawali dengan merumuskan masalah tentang bangun ruang. Kemudian, siswa dibentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang. Guru memberikan gambar bangun ruang yang sudah diberi nama. Guru menyiapkan alat dan bahan. Kemudian siswa mengerjakan lembar pengamatan. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah. Dengan bimbingan dari guru, siswa menyusun hasil pengamatan tersebut dan memeriksa kembali. Guru melakukan penilaian proses melalui pengamatan unjuk kerja. Kemudian langkah terakhir, guru dan siswa menarik kesimpulan, memberikan evaluasi dan reward (penghargaan).
Dengan metode discovery siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa lebih senang dan tertarik untuk belajar karena mereka mempraktikkan langsung materi yang dipelajari, sehingga secara langsung siswa memahami materi. Penggunaan metode discovery akan meningkatkan hasil belajar siswa khusunya pelajaran matematika.
Isna Khotimah, S.Pd
SD Negeri 1 Tegalsari, Kedu Temanggung