Muatan pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang kurang diminati peserta didik. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain cara penyajian guru yang monoton hanya menuntut peserta didiknya untuk menghitung angka-angka yang membosankan, soal cerita yang panjang dan sulit dipahami, tidak menggunakan media pembelajaran, sehingga peserta didik tidak mengetahui bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan menjadikan hasil muatan pelajaran matematika rendah. Dalam muatan pelajaran matematika berisi 3 pokok materi yaitu berhitung, geometri dan pengolahan data . Rata-rata tingkat kesulitannya yang paling tinggi pada materi berhitung. Materi berhitung memuat beberapa operasi bilangan, khususnya dalam soal cerita . Kondisi sepertilah yang terjadi di kelas I SDN 3 Bandungharjo, kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan.
Menurut Sudono (2008:44) agar tujuan pembelajaran tercapai dan tercapainya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan media secara tepat. Digunakannya media dalam pembelajaran yaitu agar dapat menjembatani antara konsep konsep materi yang abstrak menjadi konkrit, sehingga anak dapat memahami materi yang disajikan guru. Oleh sebab itu penggunaan media dalam proses pembelajaran diperlukan demi terciptanya tujuan pembelajaran secara optimal. Latuheru (dalam Hamdani, 2005:9) menyatakan bahwa media pembelajaran konkret berfungsi untuk menarik minat peserta didik terhadap materi pembelajaran yang disajikan, berguna dalam hal meningkatkan pengertian peserta didik terhadap materi yang disajikan, serta mampu menyajikan data yang kuat dan terpercaya.
Berdasarakan uraian di atas guru melakukan pembelajaran yang menggunakan media konkret. Persiapan dilakukan oleh guru seminggu sebelumnya, dengan bantuan peserta didik guru membuat 2 sudut toko di dalam kelas. Sudut toko dilengkapi dengan barang-barang bekas bungkus makanan), spesimen pecahan rupiah mulai dari seratus rupiah sampai dengan sepuluh ribu rupiah. Dengan kesepakatan peserta didik, toko diberi nama,misalnya” Toko Murah”
Tahap selanjutnya proses pembelajaran dengan media barang-barang bekas yang terpajang di toko tersebut. Peserta didik sangat antusias, aktif, mandiri, dan sangat senang untuk mengamati, menulis, bermain peran, menghitung, memberi komentar, diskusi, presentasi, menanggapi dan memajangkan produknya dengan tampilan yang menarik. Terjadi komunikasi multi arah antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, baik secara klasikal maupun kelompok. Produk soal cerita sangat bervarias, hal ini disebabkan kemampuan peserta didik yang bervariasi pula. Kemampuan berbahasa menjadi salah satu indikator yang sekaligus dapat diukur keberhasilannya. Dari kalimat berita yang ditulis peserta didik sampai pertanyaan yang dituangkan menjadi tolok ukur keberhasilan dalam penulisan soal cerita. Diawali bermain peran peserta didik mencoba menjadi penjual dan pembeli. Transaksi tersebut kemudian ditulis dalam kalimat sehingga menjadi soal cerita yang siap dijawab sendiri, maupun menunggu temannya untuk ikut menjawab. Tanpa beban peserta didik belajar Matematika dengan bermain jual beli/pasar-pasaran. Keterampilan berhitung, menulis, berbicara, dan keterampilan sosial dapat sekaligus dilihat perkembangannya. Alhasil terjadi peningkatan minat belajar Matematika yang sangat signifikan saat proses pembelajaran, meningkat pula pemahaman anak terhadap materi berhitung berbentuk soal cerita Pada akhirnya meningkat pula hasil belajar peserta didik.
Media konkret terbukti telah meningkatkan minat belajar, pemahaman materi, dan hasil belajar peserta didik. Bahkan membentuk peserta didik mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan sehari-hari dan karir yang akan mereka jalani. Dengan media ini peserta didik kelas I SD Negeri 3 Bandungharjo belajar lebih aktif, menjawab permasalah yang dilontarkan guru, bahkan menemukan masalah dan jawaban sendiri.
Budi Santoso, S.Pd
Guru SDN 3 Bandungharjo, Grobogan