Beberapa waktu yang lalu publik dihebohkan dengan pemberitaan yang cukup viral di media sosial, yaitu ada oknum siswa yang menantang gurunya di dalam kelas. Kejadian seperti itu terdengar sangat miris terutama buat kalangan praktisi pendidikan. Apakah memang sudah sedemikian parahkah karakter siswa zaman sekarang? Sehingga tega-teganya bertindak seperti itu. Untung saja gurunya tergolong orang yang pemaaf, sehingga tidak meladeni tantangan dari muridnya.
Kejadian seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi. Seorang guru seharusnya menjadi sosok yang dihormati dan disegani oleh para muridnya. Apakah ada yang salah dengan kejadian tersebut? Kalau kita telisik ternyata akar permasalahannya ada pada bergesernya tatanan atau nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh para siswa. Pada jaman dahulu, keberadaan guru di sekolah adalah satu-satunya panutan bagi para murid. Namun di jaman sekarang jaman yang serba canggih, siswa bisa mengakses informasi dari segala penjuru dunia. Seringkali informasi yang diterma siswa adalah informasi yang kurang baik. Hal ini bisa kita liat misalnya adanya game yang mengandung unsur kekerasan.
Kita harus peduli dengan kondisi yang seperti itu. Di dalam Kurikulum 2013 diamanatkan adanya penanaman nilai-nilai karakter bangsa. Untuk itulah kita yang berada di garda terdepan yang langsung berhadapan dengan para siswa harus bisa menanamkan nilai-nilai karakter bangsa kepada siswa. Salah satu kegiatan yang bisa kita praktikkan adalah dengan pembiasaan 5S. 5S singkatan dari Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun. Dengan pembiasaan 5S diharapkan ada kedekatan batin antara guru dan siswa.
Menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2012:2) Pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku peserta didik secara utuh yang didasarkan pada sesuatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Di sekolah pendidikan karakter bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting sehingga menjadi kepribadian peserta didik. Dengan demikian nilai-nilai yang dikembangkan akan tercermin dalam perilaku peserta didik di dalam dan di luar sekolah.
Program pembiasaan 5S yang dilaksanakan di SDN 2 Ploso, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri dilaksanakan dalam 3 kegiatan. Pertama dalam kegiatan pengembangan diri yang meliputi kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Kedua, dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan di dalam proses pembelajaran. Ketiga, dalam budaya sekolah program 5S dilaksanakan dalam kegiatan ekstra kurikuler.
Program pembiasaan 5S meliputi, Pertama, Senyum: Senyum merupakan ibadah. Biasanya orang yang tersenyum itu merasa bahagia. Kedua, Salam: dalam agama Islam, salam merupakan ibadah. Memberi salam, menjawab salam, dan menebarkan salam termasuk amal sholeh. Ketiga, Sapa: Menurut Alfonsus Sutarno(2008:36) menyapa identik dengan menegur. Menyapa berarti mengajak orang untuk bercakap-cakap. Dengan menyapa menunjukkan bahwa diri kita perhatian kepada seseorang tersebut. Keempat Sopan: sopan memiliki arti hormat, takzim, dan tertib menurut adab. Kelima, Santun yaitu memiliki pengertian halus dan baik tingkah lakunya, sabar dan tenang juga penuh rasa belas kasihan dan suka menolong.
Kepala Sekolah, Guru, dan semua warga sekolah harus memahami pendidikan karakter. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan melalui program pembiasaan 5S adalah toleransi, peduli sosial, dan cinta damai. Bila program pembiasaan 5S ini berjalan dengan baik, insya Allah hubungan antar siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, maupan guru dengan guru dan kepala sekolah bisa berjalan dengan baik, sehingga tercipta hubungan yang kondusif, aman, dan damai di sekolah. Cobalah!
Sudarno,S.Pd.,M.Pd
Kepala SDN 2 Ploso, Purwantoro, Wonogiri