Pembelajaran IPA atau sains merupakan suatu pembelajaran yang membosankan bagi anak di sekolah dasar, apabila pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dari guru. Akibatnya materi pembelajaran tidak terserap maksimal oleh anak,karena tidak tercapainya penguasaan konsep, sehingga hasil evaluasi pembelajaran tidak sesuai yang diharapkan guru.
Untuk mencapai penguasaan konsep maka diperlukan keterampilan proses sains, Carin (1992) menyampaikan beberapa alasan tentang pentingnya keterampilan proses. Pertama, dalam praktiknya apa yang dikenal dalam sains merupakan hal yang tidak terpisahkan dari metode penyelidikan. Mengetahui sains tidak hanya sekadar mengetahui materi tentang sains (ke-IPA-an) saja tetapi terkait pula dengan memahami bagaimana cara untuk mengumpulkan fakta dan menghubungkan fakta-fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan. Kedua, keterampilan proses sains merupakan keterampilan balajar sepanjang hayat, yang dapat digunakan bukan saja untuk mempelajari ilmu tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk dapat bertahan hidup.
Salah satu keterampilan proses yang harus kita latih supaya kita mampu mempelajari sains dengan baik, yaitu observasi dan inferensi. Keterampilan mengamati (observasi) dikembangkan dengan menggunakan pancaindra yang kita miliki atau dengan menggunakan alat bantu indera untuk memperoleh informasi serta mengidentifikasi dan memberi nama karakteristik dari objek atau kejadian. Menurut Esler dan Esler (1984) keterampilan observasi dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dan objek-objek atau kejadian.
Untuk menerapkan observasi pembelajaran sains kelas 4 SDN 2 Wonoboyo mengenai bagian tubuh tumbuhan terutama bentuk daun, maka guru menerapkan pembelajaran dengan “Berburu Daun“ adapun langkah-langkah sebagai berikut Pertama anak dibagi menjadi beberapa kelompok, Kedua setiap kelompok ditugaskan untuk “berburu” berbagai macam daun yang ada di lingkungan sekolah untuk kemudian dikelompokkan berdasarkan bermacam ciri yang teramati oleh anak, misalnya: bentuk daun, bentuk tulang daun, warna daun, panjang/lebar daun,dll. Ketiga setiap kelompok membuat bagan dikotomi pengelompokan daun sebagai bentuk laporan tertulis. Keempat dalam kelompok, anak diberi kesempatan untuk berdiskusi tentang kesulitan yang dialami anak dalam mengelompokkan daun, juga membandingkan cara pengelompokan dengan anak lain. Kelima guru membimbing anak untuk melakukan diskusi kelas. Dalam diskusi ini akan terlihat bahwa pengelompokan yang dilakukan oleh kelompok yang satu bisa berbeda dengan kelompok yang lain. Kelompok juga dituntun untuk melihat bahwa dalam bagan dikotomi, semakin ke bawah, akan ditemukan semakin banyak persamaan daun yang berada dalam satu kelompok. Keenam anak dan guru bersama-sama membuat kesimpulan kelompok daun,misal digolongkan menurut bentuk tulang daunnya, jumlah tulang daunnya ataupun kriteria yang lain.
Dapat disimpulkan pada pembelajaran sains kelas 4 SDN 2 Wonoboyo mengenai bagian tubuh tumbuhan terutama bentuk daun, dengan menerapkan pembelajaran “ Berburu Daun”, maka memberikan manfaat yaitu nilai pada evaluasi pembelajaran meningkat dibandingkan pembelajaran menggunakan metode ceramah, hal ini terjadi karena anak berpengalaman langsung dan menggunakan alat-alat inderanya dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan daya ingat anak untuk mengingat materi pembelajaran yang disampaikan, memberikan kesempatan berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas yang dapat memunculkan gagasan,menyimak teman lain, mempertahankan gagasan sehingga mereka dituntut untuk berpikir tentang hal-hal yang sudah dilakukan,menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk memperkaya pendekatan yang mereka rencanakan.
Sobirin,S.Pd.SD.
Guru SDN 2 Wonoboyo,
Wonoboyo, Temanggung