Mengurangi Hiperaktif ABK dengan Musik Ritmis

Sri Purwanti, S.Pd Guru SLB Negeri Karanganyar
Sri Purwanti, S.Pd Guru SLB Negeri Karanganyar

Musik ritmis terbentuk dari berbagai bunyi alat musik yang tak bernada. Bunyi-bunyian ini bersaut menjadi irama. Selain dari alat , musik ritmis dapat terjadi dari bunyi-bunyian berbagai benda yang berirama dan selaras, sehingga dapat memunculkan sebuah musik yang dapat didengar sebagai irama yang dapat mendorong pikiran dan perasaan bagi yang mendengarnya. Misalnya dari tepukan tangan, kaleng yang dipukul, batu yang diadu, derap kaki dan lain-lain.

ABK (anak berkebutuhan khusus) dengan penyimpangan perilaku hiperatif tidak dapat dibiarkan . Penyimpangan perilaku ini harus segera diatasi karena akan mengganggu dirinya dan orang lain di sekitarnya. Penanganan yang dini akan dapat memperbaiki keadaanya, sehingga perilaku hiperaktif anak dapat berkurang. Sehingga anak dapat mengejar perkembangan yang terhambat akibat perilaku hiperaktif yang dialaminya.

Musik ritmis digunakan sebagai sarana pembelajaran seni musik pada ABK yang mempunyai perilaku hiperaktif di SLB Negeri Karanganyar. Sarana ini sebagai media untuk pengendali perilakunya, karena musik dapat digunakan sebagai media untuk melakukan suatu terapi. Suara-suara musik dapat mengurangi stres atau mengendorkan ketegangan-ketegangan anak. Pada terapi musik ini yang penting bukan kepandaian atau keterampilan bermain musik, tetapi yang ditekankan disini bagaimana musik itu dapat mengubah suatu perilaku yang tidak diinginkan, sehingga dapat mengurangi rasa stresnya dan dapat mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi.

Baca juga:  Belajar Geografi dengan Model Kartu Berpasangan

Sebagai contoh pelaksanaan pengurangan stres pada saat pembelajaran ini adalah dengan menggunakan tepukan tangan berirama satu (prok,prok,prok ), berirama dua (prok prek, prok prek, prok prek). Dilanjutkan dengan tepukan tangan berirama tiga (prok prek prek, prok prek prek, prok prek prek) dan seterusnya.


Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1. Guru memutar lagu anak,misalnya lagu Cicak di Dinding, Topi Saya Bundar, Balonku, Amelia, dan sebagaimya. Tujuannya untuk mengetahui lagu yang disenangi dan mudah dihafal anak.
2. Guru mengajarkan salah satu lagu yang disenangi ,misal lagu Cicak di Dinding dengan birama dua. Anak dengan posisi duduk menyanyikan lagu Cicak di Dinding dengan birama dua dengan bimbingan guru. Tujuannya meminimalisir perilaku anak agar tidak sering menirukan teriakan teman secara spontan, dan berteriak tanpa sebab.
3.Guru memberi contoh menyanyikan lagu Cicak di Dinding sambil memainkan salah satu alat musik ritmis yaitu tepukan tangan. Anak dalam posisi berdiri menyanyikan lagu Cicak di Dinding dengan tepukan tangan dengan bimbingan guru. Tujuannya meminimalisir agar anak tidak sering mengabaikan perintah.
4. Guru memberikan contoh menyanyikan lagu Topi Saya Bundar dengan tepukan tangan birama tiga. Anak dalam posisi berdiri menyanyikan lagu tersebut dengan tepukan tangan birama tiga dengan bimbingan guru. Tujuannya meminimalisir agar tidak sering menyela pembicaraan guru ketika berbicara dengan siswa lain.
5.Guru memberikan contoh menyanyikan lagu Topi Saya Bundar dengan tepukan tangan birama tiga. Anak dalam posisi berdiri menyanyikan lagu tersebut dengan tepukan tangan birama tiga tanpa bantuan guru. Tujuannya agar tidak mendorong teman, tidak menendang dinding.

Baca juga:  Metode Karyawisata Dalam Pembelajaran IPA Pada Masa Pandemi COVID -19

Setelah diberikan musik ritmis dengan cara tersebut di atas, kita dapat menganalisa kembali pada tahap mana siswa belum sempurna melakukannya, jika masih belum maksimal hasilnya kita dapat mengulang kembali. Atau memodifikasi dengan lagu yang berbeda dengan tujuan untuk menarik respon siswa dengan sesuatu yang baru. Sehingga perilaku hiperaktif ABK dapat terkendali dan lambat laun akan berangsur mereda.

Sri Purwanti, S.Pd
Guru SLB Negeri Karanganyar