Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa di bidang Ilmu Pengetahuan dan teknologi. Diharapkan mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris di jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: Listening, Speaking, Reading dan Writing. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu:Kosa Kata, Tata Bahasa, dan Pronunciation. Writing merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tirtomoyo. Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa diberi contoh teks monolog berbentuk procedure dan diminta untuk mencari arti dari teks, merangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti ini, hasilnya tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah KKM . Siswa terlihat pasif, bosan dan tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Metode pembelajaran tersebut tidak berhasil dan tidak efektif.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan model pembelajaran Make a Match yang merupakan implementasi dari Metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan; (7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction; (8) memecahkan masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Adapun Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut: a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. b)Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. c) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. d).Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin, yang tidak bisa akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. e)Guru bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan model ini memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
Yayuk Sasmoyowati,S.Pd
Guru SMP Negeri 2 Tirtomoyo
Kab. Wonogiri