Hasil evaluasi Mata Pelajaran Geografi pada Kompetensi Dasar Memahami dasar-dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG), khususnya pada materi Penginderaan Jauh (PJ) di kelas X SMA Negeri 1 Cepogo belum maksimal. Berdasarkan data nilai ulangan peserta didik kelas X MIPA tahun pelajaran 2017/2018 rata-rata 58,25, sedangkan pada tahun pelajaran 2018/2019 sebesar 57,86. Hal inilah yang mendorong kreativitas guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, dan gejala dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Keifer dalam Sutanto, 1999:2). Hasil dari penginderaan jauh adalah foto udara atau citra satelit, yang diperolah melalui sesor yang dipasang pada wahana berupa pesawat udara, helikopter, balon udara, dan atau satelit. Foto udara dan citra satelit kemudian diinterpretasi atau dianalisis sesuai dengan unsur-unsur interpretasi berdasarkan karakteristik obyek. Dalam pembelajaran materi Penginderaan Jauh ini dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar (Isjoni, 2016 : 15). Pembelajaran ini dilakukan dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Slavin berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah terhadap masalah menyediakan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda (Slavin, 2015 :103). Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2016 : 54).
Awalnya siswa dibentuk kelompok kecil, kemudian setiap anggota kelompok diberikan materi yang berbeda dengan anggota lainnya. Setiap anggota kelompok mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan kepada anggota kelompoknya (home team). Jika ada kesulitan dalam menyampaikan materi, anggota yang mendapatkan materi yang sama akan berkumpul di kelompok yang mendapatkan materi yang sama yang disebut kelompok ahli (expert group) dan mendiskusikannya. Setelah itu akan kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan materinya.
Dalam pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar peserta didik dapat bekerjasama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti bekerjasama, menjadi pendengar yang baik, menjadi pembicara yang baik, belajar menghargai pembicara, dan proses pembelajaran teman sebaya. Selain itu pembelajaran kooperatif merupakan suatu model untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented). Namun demikian guru harus mendampingi proses kegiatan belajar mengajar agar tidak terjadi kesalahan dalam pemahaman konsep pada materi yang diajarkan.
Melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ternyata ada peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas X MIPA4 SMA Negeri 1 Cepogo sejumlah 36 siswa, dengan nilai rata-rata sebesar 62,22 pada siklus pertama, dan 76,32 pada siklus kedua. Dengan demikian guru diharapkan menerapkan model Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada materi Penginderaan Jauh pada mata pelajaran Geografi agar proses belajar mengajar lebih menarik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Selain itu guru diharapkan menerapkanan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang lain dalam rangka mencari solusi terbaik sesuai dengan materi yang diajarkan.
Djoko Heriyanto, S.Pd., M.Pd.
Guru Geografi SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali