Tingkatkan Keterampilan Berbicara dengan Mini-Debates

Fitri Winarti, S.Pd. SMA Negeri 2 Purbalingga
Fitri Winarti, S.Pd. SMA Negeri 2 Purbalingga

Bahasa merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengekspresikan suatu makna. Fungsi utama bahasa adalah untuk berinteraksi dan berkomunikasi (Mcdonough & Shaw, 2003). Oleh sebab itu, bahasa digunakan oleh manusia untuk saling memahami satu sama lain. Dan sebagaimana kita ketahui bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kondisi dan karakter yang berbeda-beda, maka kita perlu saling berinteraksi.

            Sementara itu, Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional masih dianggap sebagai bahasa asing di negara kita. Dan dengan mempertimbangkan pentingnya penguasaan bahasa Inggris, maka bahasa Inggris diajarkan sejak dini agar peserta didik mampu berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan lancar agar mereka dapat berkompetisi dalam persaingan global dan perkembangan teknologi.

            Berbicara merupakan salah satu keterampilan penting dalam berbahasa selain mendengarkan, menulis, dan membaca dimana dalam berbicara terdapat proses memberi dan meminta informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Akan tetapi dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing, keterampilan berbicara bukanlah hal yang mudah untuk dikuasai oleh peserta didik di sekolah penulis, SMA Negeri 2 Purbalingga.

Baca juga:  Belajar Mengidentifikasi Karakteristik Geografis Indonesia dengan Model Jigsaw Berbuah Manis

            Berdasarkan pengamatan penulis, peserta didik mengalami kesulitan dalam berbicara disebabkan oleh dua faktor, internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari faktor pribadi peserta didik seperti rasa khawatir dalam mengemukakan ide dan khawatir di tertawakan oleh peserta didik lain/guru jika salah dalam berbicara. Disisi lain, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara peserta didik di SMA Negeri 2 Purbalingga adalah faktor lingkungan tempat tinggal dan kultur harian peserta didik dan teknik pembelajaran yang diterapkan di sekolah.


            Oleh karena itu, penulis berupaya untuk menerapkan teknik pembelajaran yang diharapkan bisa meningkatkan keterampilan berbicara, yakni dengan mini-debates pada materi teks eksposisi analitis. Debat adalah situasi dalam berbicara dimana terdapat pendapat/ide/pemikiran yang bertentangan disajikan dan dibantah dengan argumen yang kuat dan berdasar. (Dale & Wolf: 2000). Sedangkan teks eksposisi analitis merupakan teks yang bertujuan untuk mengajak audien supaya mendapat pemahaman/pengetahuan tentang suatu topik pembahasan dengan cara menyajikan argumen guna mempengaruhi/membujuk audien bahwa topik yang sedang dibahas sesuai dengan arahan penulis/pembicara (Mahrukh Bashir, 2017:47).

Baca juga:  Kolaborasi Guru dan Ortu Hadapi Anak Pecandu Smartphone

            Model pembelajaran mini-debates dipandang mampu mengatasi kendala pembelajaran berbicara pada pada materi teks eksposisi analitis karena pada proses debat peserta didik dapat meningkatkan critical thinking (berfikir kritis) dan team work (kerjasama dalam tim/kelompok). Disamping itu, peserta didik juga bisa mempelajari keterampilan dalam penelitian karena mereka akan mencari referensi di internet untuk mendukung argumen mereka.

            Materi/topik dalam perdebatan disebut dengan motion (mosi). Motion berupa topik yang kontroversial seperti tema tentang permasalahan sosial dan budaya. Biarkan peserta didik memilih motion yang disajikan terlebih dulu, apakah mau memilih sebagai tim positif/pro atau tim negatif/kontra. Lalu, mereka membuat kesepakatan tentang mosi, alokasi waktu untuk case building dan aturan debat yang dipakai.

Baca juga:  Cara Asyik Belajar Bangun Datar Menggunakan Kertas Origami

            Dikutip dari https://busyteacher.org/5900-mini-debate-on-topic.html, langkah-langkah mini-debates antara lain (1) pilih topik kontroversial yang menarik bagi peserta didik; (2) batasi jumlah pembicara, 2 orang pro dan 2 orang kontra; (3) perkenalkan topik dalam bentuk games untuk melatih kompetisi dan beri waktu beberapa hari untuk menyusun draf dan pembagian tim; (4) ajarkan gambits (ungkapan) untuk mengungkapkan opini dan bernegosiasi; (5) perkenalkan format dan tujuan debat; dan (6) libatkan semua peserta didik agar mereka semua aktif dan terlibat dalam mini-debates, temasuk dalam proses evaluasi dengan cara membuat rubrik penilaian pada saat mereka memantau jalannya debat, memberi penilaian, mengkritik ide debaters dan menentukan pemenangnya.

            Jika mini-debates dilakukan dengan baik, debat akan meningkatkan keterampilan berbicara dalam teamwork dan kompetisi yang sehat.

 

Fitri Winarti, S.Pd.

SMA Negeri 2 Purbalingga