Dalam pelaksanaan pembelajaran Mapel TIK dibutuhkan peralatan komputer guna mendukung proses belajar mengajar. Agar pembelajaran TIK di ruang laboratorium komputer menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan perlu dipilih metode yang tepat sehingga dapat digunakan dalam ruang laboratorium komputer. Tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dapat tercapai. Melalui Permendikbud 68 tahun 2014 tentang peran Guru TIK dan guru KKPI dalam implementasi kurtilas. SMA N 1 Bangsri menggunakan kurikulum 13 pertama kali dengan istilah Bimbingan TIK dalam pembelajaran. Bimbingan TIK menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam dunia pendidikan maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan dalam variasi penggunaan teknologi komunikasi. Siswa menggunakan perangkat TIK untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis dan saling tukar data informasi secara kreatif dan bertanggung jawab.
Keberhasilan proses pembelajaran di kelas dapat dilihat dari aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal kelas X Mipa 1 semester ganjil yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah diperoleh bahwa hasil belajar TIK kelas X Mipa 1 selama ini masih rendah (rata-rata 65), dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimum, yaitu 75. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan siswa kurang memperhatikan pelajaran dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan siswa masih kurang memahami materi pembelajaran yang dianggap sulit. Menurut Roestiyah (1989) seorang guru harus mampu menimbulkan semangat belajar secara individu, sebab masing-masing anak mempunyai perbedaan di dalam pengalaman, kemampuan, dan sifat pribadi. Dengan adanya semangat belajar diharapkan dapat timbul kebebasan dan kebiasaan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dengan penuh inisiatif, dan kreatif dalam pekerjaannya. Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran Bimbingan TIK adalah penggunaan tutor sebaya. Melalui tutor sebaya, siswa bukan dijadikan sebagai objek pembelajaran tetapi menjadi subjek pembelajaran, yaitu siswa diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya bagi temannya. Dengan cara demikian siswa yang menjadi tutor dapat mengulang dan menjelaskan kembali materi sehingga menjadi lebih memahaminya. Menurut Sudjana (1989:30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian.
Rata-rata nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan pembelajaran dengan model Tutor Sebaya adalah 73.82, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode Tutor Sebaya menjadi 75% pada siklus 1 dan 76.32 pada siklus 2. Sedangkan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar dengan menggunakan model Tutor Sebaya adalah 82% pada siklus 1 menjadi 88% pada siklus 2, dengan ketentuan proses belajar mengajar berhasil jika lebih dari 85% siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau diatas nilai KKM yaitu 75
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa, penerapan metode Tutor sebaya terhadap materi Microsoft Word 2013 dengan menyisipkan baris dan kolom, menghapus baris dan kolom serta mengabungkan baris dan kolom dapat meningkatkan hasil belajar TIK siswa kelas X Mipa 1 Semester I SMA Negeri 1 Bangsri tahun pelajaran 2016/2017.
Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadi fasilitator dan siswa sebagai tutor sebagai salah satu pilihan dalam pembelajaran TIK untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena metode pembelajaran tutor sebaya sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka model pembelajaran ini dianjurkan untuk dilakukan dalam pembelajaran TIK.
Dewi Nur Cahyani, S.kom
Guru TIK SMAN 1 Bangsri Jepara