Kancing Gemerincing Tingkatkan Hasil Belajar Siswa

Winono, S.Pd. Guru Sekolah Dasar Negeri 3 Sugihan Kec.Bulukerto Kab. Wonogiri
Winono, S.Pd. Guru Sekolah Dasar Negeri 3 Sugihan Kec.Bulukerto Kab. Wonogiri

Sebagai seorang pendidik, kita mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan saja, tetapi pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa. Ukuran yang mudah digunakan untuk mengukur keprofesionalan kita adalah jika kelas yang kita asuh menjadi  “surga  untuk belajar, dan kehadiran kita selalu dinantikan oleh siswa”.

                        Menurut Degeng (1998:5) daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal: pertama,  mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, cara mengajar guru. Oleh karena itu, tugas profesional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Namun, untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah karena dibutuhkan pendidikan khusus, keahlian khusus, dan sikap khusus. Semua itu dikenal dengan kompetensi pendidik, yaitu kompetensi profesional, kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Baca juga:  Jiwa Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Guru

                        Kompetensi profesional dan kompetensi paedagogik guru merupakan kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan dan pembelajaran. Beberapa kemampuan tersebut  adalah kemampuan dalam penguasaan landasan kependidikan, psikologi pengajaran, penguasaan materi pelajaran, penerapan berbagai metode dan strategi pembelajaran, kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media/ sumber belajar, kemampuan  menyusun program pembelajaran, kemampuan  mengevaluasi pembelajaran, dan kemampuan   mengembangkan kinerja pembelajaran.

                        Untuk mengembangkan kinerja pembelajaran banyak model atau stretegi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli sebagai usaha untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Diantaranya adalah Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Quantum, Model Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Namun, tidaklah  semua pengajar bisa menerapkan model itu untuk setiap mata pelajaran, karena tidak semua model cocok untuk setiap topik mata pelajaran.

iklan
Baca juga:  Gula, Tingkatkan Minat Belajar Siswa

                        Salah satu Model Pembelajaran Kooperatif yang bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia siswa adalah model pembelajaran Kancing Gemerincing. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Model ini sudah diterapkan di SDN 3 Sugihan Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri, dan bisa meningkatkan hasilnya belajar siswa.

                        Dalam kegiatan Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan  serta  pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya. Dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.

Baca juga:  Terapkan Dinoboy Tingkatkan Aktivitas Peserta Didik

                        Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: pertama, guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (benda-benda kecil seperti biji kacang ,biji kenari, biji jagung dan sebagainya). Kedua, sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan). Ketiga, setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah-tengah. Keempat, jika kancing yang dimiliki seseorang sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancing lagi dan mengulangi prosedur kembali.

Oleh : Winono, S.Pd.

Guru Sekolah Dasar Negeri 3 Sugihan Kec.Bulukerto Kab. Wonogiri

iklan