Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerpen dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa kelas IX semester 1. Pembelajaran mengenai Kompetensi Dasar menulis cerpen pada kelas IX semester 1 SMP Negeri 3 Purworejo masih mengalami kendala. Kendala yang dihadapi siswa meliputi sulitnya mengeluarkan ide-ide, kehabisan kata-kata, tidak tahu bagaimana memulai sebuah cerita, dan sulitnya menyusun sebuah kalimat dalam cerita. Hal ini dapat diketahui saat siswa diberi tugas menulis cerpen dan hasilnya masih di bawah KKM, yaitu nilai kurang dari 80. Adanya kesulitan yang dialami oleh siswa maka penulis berusaha membantu siswa menuangkan idenya sehingga terbentuk sebuah cerpen. Masalah yang muncul pada diri siswa ini dapat diatasi dengan pembelajaran yang disajikan dalam bentuk yang menarik yaitu dengan penggunaan penggalan cerpen. Penulis menyajikan penggalan cerpen, siswa melanjutkan penggalan cerpen tersebut. Penggalan cerpen yang disajikan berupa struktur cerpen bagian orientasi.
Menulis cerpen adalah menulis sebuah peristiwa atau kejadian pokok (Widyamartaya, 2005: 102). Disebut juga bahwa menulis cerpen adalah seni, keterampilan menyajikan cerita (Sumardjo, 2007: 81). Keterampilan menulis cerpen bertujuan agar siswa dapat mengekspresikan gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam bentuk sastra tertulis yang kreatif. Menurut Abdul Rani (2003: 8 ) cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa.
Unsur pembangun cerpen adalah latar, sudut pandang, karakter (tokoh), tema, gaya bahasa, dan alur. Adapun struktur teks cerpen, yaitu orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi. Dalam pembelajaran penulis menggunakan teknik menulis cerpen dengan cara melanjutkan penggalan cerita yang berupa orientasi. Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang akan meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis secara kreatif.
Pengertian orientasi pada cerpen berhubungan dengan waktu, suasana dan tempat di dalam cerita pendek tersebut atau pengantar cerita. Struktur cerpen bagian orientasi sebagai pancingan untuk melanjutkan cerita sehingga terbentuk cerita utuh. Menulis cerpen dengan cara melanjutkan penggalan cerita ternyata lebih mudah dilakukan oleh siswa. Siswa sudah ada gambaran bagaimana alur cerita selanjutnya.
Pembelajaran dengan teknik melanjutkan penggalan cerita menjadikan siswa lebih antusias, tidak bosan, dan menyenangkan. Imajinasi siswa muncul untuk khayalan alur cerita berikutnya. Berbeda jika pembelajaran hanya dengan metode ceramah. Siswa cenderung bosan dan tidak tertarik untuk menulis cerpen. Menurut Rahmanto (1988: 116) teknik meneruskan cerita merupakan salah satu langkah tahapan dalam menulis karya sastra yaitu dengan menambahkan episode khayal. Cara yang baik untuk memperkenalkan latihan ini dengan memberikan penggalan cerita yang dihilangkan bagian akhirnya. Kemudian siswa diminta untuk melengkapinya dengan versi mereka sendiri. Dengan memperhatikan unsur-unsur cerita, baik alur, penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema yang dikemas dalam jalan cerita yang baru.
Teknik dan media pembelajaran dapat mempermudah proses belajar siswa, pembelajaran lebih menarik, dan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Teknik melanjutkan penggalan cerita sangat membantu siswa mempermudah dalam menulis cerpen. Hal ini dilakukan oleh penulis dalam pembelajaran menulis cerpen dan dapat dibuktikan hasil penilaian lebih baik. Hasil yang diperoleh siswa dapat mencapai KKM yaitu mencapai nilai 80. Siswa menjadi senang menulis cerpen karena lebih mudah berimajinasi sehingga alur cerita runtut.
.
Nurhidayati, M.Pd.
Guru SMP Negeri 3 Purworejo
