Pacu Prestasi Belajar Gelombang dengan CTL

Parmono Guru SMA Negeri 1 Gemolong

Gelombang banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari bahkan sering dialami siswa. Tetapi saat ditannya tentang materi gelombang hamper semua siswa menjawab materi gelombang sangat sulit. Kesulitan ini diakui juga oleh beberapa bapak/ibu guru fisika sekalipun. Materi gelombang ini akan semakin komplek pada saat sampai padapersamaan  matematiknya. Kesulitan ini dialami juga oleh siswa di SMA Negeri 1 Gemolong yang pada tahun 2020 berada pada materi kelas XI semester genap. Kesulitan ini berpengaruh dengan prestasi belajar fisika siswa khususnya pada kompetensi gelombang.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi faktor fisikologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ekternal dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan non sosial. Faktor lingkungan sosial terdiri dari faktor lingkungan sosial keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan faktor lingkungan non sosial meliputi lingkungan alamiah yaitu kondisi udara yang segar dan sejuk, pencahayaan sinar yang cukup, dan suasana yang tenang.

Baca juga:  Bahasa Cermin Budaya Perilaku

Kompetensi gelombang terkait dengan  materi yang berada disekitar siswa, sehingga diperlukan model pembelajaran yang kontektual. Diantara model yang kontektual adalah model CTL. Menurut Trianto (2008:105) CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu:  kontruktivisme (Contructivism), inkuiri (Inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assesment).

              Pendekatan kontruktivisme pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit melalui konteks yang terbatas menuju hal hal yang kompleks. Guru tidak memberikan semua pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan yang dipelajari dengan pengetahuan yang mereka miliki.    Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual.  Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.               Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari bertanya. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting untuk menggali informasi,  mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Adanya kelompok belajar akan terjadi kerjasama atara sesama teman. Siswa yang sudah paham menjelaskan siswa yang belum faham.  Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar siswa, antar kelompok dan antar siswa yang sudah tahu ke yang belum tahu. Dengan demikian siswa dan guru akan sama-sama merupakan anggota masyarakat belajar. Sebagai model berasal dari guru, siswa atau tenaga ahli di bidangnya. Model inilah yang akan mebjadi jembatan pengambaran yang abstrak menjadi nyata.

iklan
Baca juga:  “MLM” TEKNIK JITU BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL IPA

Refleksi adalah cara ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktrur pengetahuan baru.. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Diakhiri dengan penilaian autentik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa dari guru, teman sekelas, atau orang lain.

Dengan memperhatikan uraian diatas, model pembelajaran CTL dalam kelas  dilakukan untuk  mengembangkan pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna, kegiatan inquiry,mengembangkan sikap ingin tahu,   kelompok  belajar,   model dalam     belajar,  melakukan refleksi diakhir pertemuan, melakukan penilaian secara autentik akan dapat meningkatkan prestasi belajar kompetensi gelombang..

Baca juga:  “Two Stay – Two Stray” SiswaPraktikLebih Enjoy

Oleh : Parmono

Guru SMA Negeri 1 Gemolong

iklan