Pembelajaran IPA dengan Metode Saintifik Tingkatkan Minat Belajar

Heri Kusniawati, S.Pd. Guru SMP Negeri 2 Grobogan

 SMP Negeri 2 Grobogan termasuk sekolah yang sebagian besar siswanya memiliki minat belajar rendah, masuk terlambat, jika sudah berada di kelas masih belum berkonsentarasi untuk belajar.  Dengan hal tersebut saya sebagai guru IPA memilih metode ilmiah (model pembelajaran Saintifik) dalam sebagian besar materi pembelajaran karena pendekatan ini lebih berpusat pada peserta didik, membentuk konsep diri, memberi kesempatan peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep dan prinsip, memberikan kesempatan peserta didik untuk melatih kemampuan berkomunikasi, meningkatkan motivasi belajar siswa dan motifasi mengajar guru. Siswa yang suka berbicara  sendiri, tidak menghargai orang lain,  menjadikan modal keberanian untuk mengungkapkan pendapatnya ketika melihat atau mendengar dengan bimbingan dan  arahan dari guru. Langkah-langkah model pembelajaran Saintifik Permendikbud no 103 tahun 2014 disebutkan bahwa pendekatan Saintifik terdiri atas lima langkah dalam kegiatan pembelajaran, yakni mengamati ( observing), menanya ( questioning), mengumpulkan informasi atau mencoba (exprinting), menalar atau mengasosiasi (associating), dan mengomunikasian (communicating) yang dapat dilanjutkan dengan mencipta.

Baca juga:  Laser BK Lejitkan Prestasi Siswa

Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut mengikuti langkah-langkah pada metode ilmiah. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dilakukan di kelas 8C SMP Negeri 2 Grobogan yakni  siswa mengamati tentang kejadian yang sering dilihat dalam kehidupan .Misal  taju , kaki ayam dan   itik  dengan menggunakan panca indranya untuk mengamati fenomena atau kejadian yang relevan dengan materi “Tekanan”.  

Menanya Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahuinya atau belum dapat lakukan terkait dengan fenomena yang dialami. Pertanyaan pertanyaan yang diajukan dapat mencakup pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural sampai kepertanyaan yang bersifat hipotetik, misal mengapa taju bawahnya harus runcing, ayam suka berada ditempat kering itik suka ditempat yang berair. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator KD. Guru membantu siswa merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu atau ingin diketahui agar dapat melakukan atau mencipta sesuatu.

Baca juga:  Happy Parenting Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa di Masa Pandemi

Mengumpulkan informasi atau mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui berbagai teknik misalnya dengan eksperimen, mengamati obyek atau kejadian , aktivitas, membaca buku dan lainya. Di sini saya selain mengamati ayam, itik, taju, juga menggunakan plastisin dengan uang logam yang ditekan dengan posisi yang berbeda. Siswa mengamati bekas posisi seperti apa yang menghasilkan bekas paling dalam. Siswa dibawa ke pemahaman pengaruh luas bidang tekan dan gaya guna mempelajari konsep tekanan. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk mengisi LK, menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang sampai siswa memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Menalar atau mengasoiasi .


Siswa menggunakan data atau informasi yang sudah dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan. Pada langkah ini guru mengarahkan agar siswa dapat menghubungkan data atau informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyan yang dirumuskan pada langkah menaya, misal kaki ayam ternyata lebih kecil dibanding kaki itik . Mengomunikasikan. Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan mereka di kelas baik secara lisan maupun tertulis. Guru memberikan umpan balik, meluruskan, memberi penguatan, serta memberikan penjelasan atau informasi lebih luas.

Baca juga:  Pentingnya Pemahaman Kejujuran di Masa Pandemi

Dengan pembelajaran saintifik ternyata dapat menumbuhkan minat belajar siswa yang lebih besar terbukti di kelas 8C SMP Negeri 2 Grobogan siswa tidak lagi ngobrol atau bermain sendiri, tetapi siswa betu-betul diberikan kesempatan bermain, berbicara tetapi dengan pokok masalah yang sama yang diarahkan oleh guru sehingga siswa sebagai pusat belajar ( studen center) bukan pembelajaran yang didominasi oleh guru.

Oleh:

Heri Kusniawati, S.Pd.

Guru SMP Negeri 2 Grobogan