Pendidikan menjadi faktor yang paling terdampak oleh pandei covid-19 ini. Aktivitas pembelajaran tatap muka tutup total, meski ada sebagian wilayah yang tetap melaksanakannya dengan protokol covid ketat.
Memang sulit. Sangat sulit. Sedikitnya dalam sehari ada 4-7 jam siswa dan guru berinteraksi dalam pembelajaran tatapĀ muka. Kontak fisik sulit terhindarkan, terlebih pada mereka anak-anak yang kurang mengerti tentang covid-19. Anak-anak SD kelas bawah, misalnya. Mereka tidak mungkin mampu (dan mau) membatasi diri dalam bergaul sesamanya. Dunia mereka adalah dunia bermain. Dan permainan akan semakin seru manakala dilakukan bersama-sama.
Itu bertentangan dengan protokol covid.
Itu membahayakan. Bagi mereka dan tentunya keluarga.
Bayangkan jika semua sekolah diizinkan tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka seperti biasanya. Betapa besar potensi penyebaran covid. Betapa masifnya itu. Dan hal ini yang, bisa dikatakan, tidak mungkin bisa ditangani oleh Pemerintah yang secara umum tidak siap menghadapi pandemi semacam ini.
Maka solusi terbaik, dari yang terburuk, adalah pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran daring istilahnya.
Semua guru harus menyampaikan materi dan memberi tugas secara online demi menghindari kontak fisik yang rentan meningkatkan kurva penyebaran covid-19. Termasuk Guru Agama Islam. Lalu bagaimana bisa Pendidikan Agama disampaikan dari jarak jauh? Sementara esensi dari pendidikan agama adalah juga pendidikan karakter dan budi pekerti? Dari mana siswa akan mendapatkan teladan terkait materi yang mereka pelajari?
Karena bagaimanapun juga tidaklah cukup pendidikan agama, pendidikan karakter dan budi pekerti disampaikan tanpa berinteraksi langsung antara pendidik dan siswa sebagai yang terdidik. Apa lagi anak-anak SD kelas bawah, misalnya, mereka umumnya belum mengenal gadget.Ā Adapun sebagian yang sudah mengenal dan mampu mengoperasikannya tentu tidaklah mudah bagi mereka untuk berkonsentrasi dalam pendidikan model jarak jauh secara online semacam itu.
Di sini kita butuh solusi. Dari permasalahan ini kita sebagai guru agama islam perlu melakukan kreativitas dan inovasi dalam pendidikan jarak jauh.
Salah satu strategi pembelajaran yang bisa digunakan adalah melalui media dongeng.
Dongeng, sebagaimana kita ketahui bersama, selalu berisi petuah-petuah, nasihat-nasihat dan pendidikan karakter yang memang diciptakan khusus untuk mengajarkan karakter dan budi pekerti baik pada anak. Di setiap dongeng selalu tersemat pesan moral yang baik untuk diajarkan kepada anak. Fakta ini bisa dimanfaatkan oleh guru, khususnya guru agama islam untuk menggunakannya sebagai media belajar. Tentunya pembelajaran jarak jauh. Hal ini tentu saja sejalan dengan materi pendidikan agama islam kelas 1 seperti, pelajaran 1 (kasih sayang), pelajaran 2 (aku cinta al quran) dan pelajaran 10 (perilaku terpuji).
Dongeng, sebagaimana Seto Mulyadi sampaikan, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, berkontribusi dalam perkembangan anak. Dongeng mampu mengaktifkan pusat emosi di otak dan melatih fokus perhatian anak-anak.
Teknis penyampaian dongeng bisa beragam. Guru bisa membagikan dongeng, yang tentu sudah disisipkan beberapa pertanyaan kunci terkait materi yang diajarkan, melalui grup whastapp khusus wali murid untuk kemudian nanti wali murid membacakannya kepada anak-anaknya.
Sebagaimana kita tahu bersama setiap dongeng pasti sudah disisipkan pesan moral dan pendidikan karakter oleh penulisnya. Ini bisa dimanfaatkan guru untuk memilah dongeng yang berisi pesan moral yang sesuai dengan tema pembelajaran.
Penggunaan dongeng memang bukan satu-satunya solusi, tapi bisa dijadikan alternatif pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.
Oleh : Imam Buhori, S. Pd.I
SD Negeri 05 Mendelem, Kec. Belik Kab. Pemalang