spot_img
27.4 C
Semarang
Sabtu, 28 Juni 2025
spot_img

Ini Bedanya Balai Teknik Kereta Api dengan PT KA

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Wilayah Jawa Bagian Tengah (JABAGTENG), dibawah kepemimpinan Putu Sumarjaya, M.Sc terus berupaya meningkatkan pelayanan moda transportasi kereta api yang ada di wilayahnya.

Salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah dengan melaksanakan pembangunan jalur ganda maupun tunggal di beberapa wilayah yang sebagian sudah kelar dan sebagian masih berjalan.

“Sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Perhubungan yang bertanggung jawab kepada Dirjen Perkeretaapian, kami memang punya fungsi dan tugas sebagai regulator terhadap pemeliharaan, pengelolaan, dan pengembangan moda transportasi kereta api. Salah satu yang sudah selesai dikerjakan adalah jalur ganda wilayah Selatan Solo-Jogja,”kata Kepala Balai Teknis Perkeretaapian Kelas 1 Wilayah Jawa Bagian Tengah, Putu Sumarjaya, M.Sc, saat podcast di studio Jateng Pos TV, dalam program Dialog Khusus, Selasa (30/3/2021).

Menurut Magister jurusan Sistem dan Teknik UGM tahun 2009 ini, selain capain tersebut pihaknya juga sedang mengupayakan pembangunan rel ganda Semarang-Solo yang saat ini sedang berproses. Targetnya tahun 2023 sudah bisa selesai pembangunanya. Selain itu, Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Bagian Tengah juga sedang mengupayakan jalur KA menuju Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur di Magelang.

“Saat ini, kami sedang mengkaji trase (jalur) mana yang akan dilewati untuk pembangunan rel KA menuju ke Borobudur,”imbuh Magister On Linkoping Swedia University 2008 ini.

Secara einci, Putu Sumarjaya, M.Sc menambahkan, dalam penyelenggaran perkeretaapian nasional, Direktorat Jenderla Perkeretaapian telah menyelesaikan peningkatan kapasitas jaringan kereta api melalui pembangunan jalur ganda dan peningkatan sintelis di wilayah Provinsi Jawa Tengan dan D.I Yogyakarta (sebelum Balai Teknik Perkeretaapian terbentuk. Diantaranya Lintas Yogyakarta – Solo (APBN TA 2000 – 2005), Lintas Kutoarjo – Yogyakarta (LOAN Japan 2004 – 2008), Lintas Tegal – Pekalongan (APBN TA 2007 – 2012). Lintas Pekalongan – Semarang (APBN TA 2011 – 2015), Lintas Semarang – Bojonegoro (APBN TA 2011 – 2015).

Setelah terbentuknya Balai Teknik Perkeretaapian kelas I Wilayah Jawa Bagian Tengah Tahun 2015, telah menyelesaikan peningkatan kapasitas jaringan kereta api melalui pembangunan jalur ganda, elektrifikasi dan peningkatan sintelis. Diantaranya, Lintas Solojebres – Kedungbanteng (SBSN 2015 – 2019), Lintas Purwokerto – Kroya (SBSN 2015 – 2019), Lintas Kroya – Kutoarjo (SBSN 2017 – 2019), Pembangunan jalur KA menuju Bandara Adi Sumarmo (APBN TA 2017 – 2019), Lintas Solobalapan – Solojebres (SBSN 2020), Pembangunan Listrik Aliran Atas (LAA) lintas Yogyakarta – Solo (SBSN 2019 – 2020) telah melayani operasional KRL. Juga Peningkatan jalan KA (single track penggantian rel R.42/bantalan beton menjadi R.54/bantalan beton) lintas Banjar – Kroya (SBSN 2019 – 2020).

Baca juga:  Pusat Investasi Pemerintah Kerjasama Pembiayaan UMi

Untuk tahun anggaran 2021 ini Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Wilayah JAwa Bagian Tengah masih melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur, yaitu
Pembangunan Jalur Ganda antara Stasiun Kedundang – Stasiun Kulonprogo (YIA) (SBSN 2019 – 2021), Pembangunan Listrik Aliran Atas (LAA) antara Solobalapan – Solojeberes, pembangunan Depo Perawatan KRL di Solojebres, penertiban lahan untuk pembangunan Depo Perawatan dan studi lingkungan (SBSN 2020 – 2022). Peningkatan sintelis antara Stasiun Tugu Yogykarta – Stasiun Lempuyangan (SBSN 2020 – 2021).

Program untuk tahun anggaran berikutnya akan dilaksanakan beberapa kegiatan pembangunan infrastruktur, yaitu Pengadaan / penertiban lahan untuk rencana pembangunan jalur ganda lintas Semarang – Gundih – Solobalapan, Pembangunan konstruksi jalur ganda lintas Semarang – Gundih – Solobalapan, Pembangunan jalan KA layang (elevated) di simpang JOGLO Kota Surakarta lintas Solobalapan – Kadipiro guna mendukung keselamatan perjalanan KA, Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan underpass di Bumiayu.

Pria kelahiran Bali yang masih berusia 38 tahun ini menjelaskan, tugas dan misi Balai Teknik Perkeretaapian memang mewujudkan perkeretaapian yang berdaya saing, berintegritas, berteknologi, bersinergi, terjangkau dengan simpul-simpul transportasi untuk membangkitkan potensi di daerah.

Selain itu juga menjaga keselamatan pengguna rel KA, baik bagi masyarakat maupun operator. Meski semakin menurun, diakui memang masih ada accident atau kecelakaan di perlintasan KA baik yang resmi maupun liar. Karena itu dia menghimbau masyarakat untuk waspada dan tidak memaksakan diri melintas saat pintu palang sudah ditutup. Sebab menurut UU Perkeretaapian no 23 tahun 2007, pengendara wajib mendahulukan KA untuk lewat dan memberikan hak utama kepada kendaraan yang lebih dulu melintas rel.

Baca juga:  Pemkab Apresiasi SD Islam Al-Badi Menyiapkan Generasi Unggulan

Menurutnya, antara Balai Teknik Perkeretaapian dan PT KA tugas dan fungsinya berbeda. Balai Teknik tugas dan fungsinya sebagai regulator yang membangun dan memanajemen jalur KA. Sedangkan PT KA adalah operator yang menjual jasa transportasi KA.

“Jadi kami bagian teknik yang membangun dan mengelola rel KA, sedangkan PT KA yang menjual jasa gerbong KA kepada penumpang. Ini sangat berbeda yang tidak banyak diketahui masyarakat. Tetapi kita bersatu menjalankan peran masing-masing untuk mencapai tujuan yang sama sebagai perusahaan pemerintah,”tambah peraih penghargaan Satya Lancana Karya Satya 10 tahun ini.

Dia menambahkan, Balai Teknik Perkeretaapain Wilayah Jawa Bagian Tengah, yang berkantor pusat di Jln Prambanan Barat Raya IA Ngaliyan Semarang ini, mengampu tiga Daerah Operasi (Daop). Yaitu Daop 4 Semarang, Daop 5 Purwokerto, Daop 6 Jogjakarta. Dengan jalur/rel KA aktif sepanjang 1.611,97 KM, dan jalur tidak aktif (non operasional) sepanjang 878,08 KM. Jalur tidak aktif itu tersebar di tiga Daop Jateng-DIY yang umumnya sudah tertimbun pemukiman.

“Karena itu, selain mengelola jalur aktif, kami juga punya tugas menghidupkan jalur KA non operasional yang ada untuk menunjang transportasi menuju daerah wisata atau kawasan industri sehingga mempermudah kegiatan ekonomi daerah,”jelasnya.

Namun diakui realisasinya tidak mudah. Karena rel KA non operasional adalah tinggalan Belanda yang saat ini sudah tertimbun oleh rumah-rumah penduduk dan sebagian tertimbun badan jalan Pantura. Butuh pekerjaan besar untuk pembebasan dan investasi.
Namun pihaknya tetap akan terus berupaya membangun tranportasi KA ini menjadi moda transportasi pilihan masa depan. Karena selain effektif secara massal juga murah. Karena pada umumnya negara maju seperti Amerika, Cina, Jepang, Belanda semua mengembangkan moda kereta api.

“Mereka sadar ini moda transportasi efektif dan murah untuk membangun ekonomi negara. Kita juga harus kesana. Bahkan negara maju itu punya filosofi, bahwa negara maju itu bukan orang miskin menjadi kaya lalu naik mobil. Tetapi bagaimana orang kaya yang punya mobil mau naik kereta api,”tutupnya. (dra/has)

spot_img

TERKINI