Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan ditentukan oleh potensi sumber daya alam saja, tetapi juga sumber daya manusia yang memegang peran penting. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan. Sebagai peningkatan kualitas pendidikan, matematika menjadi salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan formal yang sangat penting. Mengingat pentingnya peranan matematika, maka pembelajaran matematika di berbagai jenjang pendidikan formal perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Perhatian itu terutama dalam menentukan pendekatan pembelajaran matematika.
Saat ini masih banyak siswa yang kurang memiliki motivasi dalam belajar. Terutama pada pembelajaran matematika penjumlahan pecahan. Kejadian tersebut juga dialami siswa kelas V SD Negeri I Miricinde. Berdasarkan pengamatan, siswa yang termasuk aktif di kelas V kurang lebih hanya 30,43% dari jumlah siswa seluruhnya. Fenomena yang sering diperlihatkan oleh siswa yaitu: (1) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, (2) siswa kurang mampu melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran, (3) Siswa kurang ulet menghadapi kesulitan, (4) siswa tidak mau bertanya jika mengalami kesulitan, (5) rendahnya kerjasama siswa dalam kelompok, (6) Siswa kurang tekun atau malas menyelesaikan tugas.
Timbulnya kondisi di atas, disebabkan oleh pendekatan pembelajaran matematika yang diterapkan guru cenderung monoton dan bersifat “menyelesaikan materi”. Kelemahan lain dari pembelajaran matematika adalah guru masih bersifat aktif dan belum memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun ide-idenya. Bertolak dari hal-hal di atas, dalam pembelajaran matematika guru harus menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar aktif, gembira, efektif, dan efesien. Menurut Nyimas Aisyah, dkk (2007: 9.20) belajar aktif dapat menyebabkan ingatan mengenal pelajaran lebih tahan lama dan pengetahuan meluas, serta dapat menemukan prinsip-prinsip matematika untuk diri siswa sendiri. Oleh karena itu, guru diharapkan merancang pembelajaran matematika, sehingga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama.
Proses pembelajaran di sekolah memerlukan dua pihak: pengajar dan pelajar. Proses belajar-mengajar harus aktif dan dinamis. Sistem pembelajaran satu arah tidak seharusnya dianut lagi. Pembelajaran harus berlangsung dua arah, masing-masing pihak harus bekerjasama dan memainkan peran untuk menghasilkan pembelajaran yang sukses. Salah satu pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan active learning yang berpusat kepada pengembangan potensi siswa. Pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka sendiri. Siswa dapat belajar secara aktif, sehingga kesan yang timbul dalam memori mereka akan kuat dan bertahan lebih lama dari pada pendekatan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Pada pendekatan active learning, guru memberi kepercayaan kepada siswa untuk mengeluarkan potensinya dan lebih berperan dalam kegiatan peraihan pengetahuan.
Menurut Erickson (dalam Kaufeldt, 2008: 77), ”… ketika para siswa menjadi giat berpikir secara personal dan akal, mereka lebih termotivasi untuk belajar karena emosinya terlibat. Mereka lebih bersifat sebagai pemikir aktif daripada pemikir pasif”. Sementara itu, siswa mengembangkan kepercayaan diri untuk terlibat dalam pembelajaran dan siswa bisa memberikan kontribusi positif pada pembelajaran. Dengan demikian, wajar jika dalam pembelajaran muncul diskusi, debat, atau pertentangan pendapat, namun masing-masing berlandaskan pada pijakan pendapat yang jelas. Dalam pendekatan active learning meskipun mata pelajarannya tidak menarik, seringkali kegembiraan dalam kegiatan belajar itu saja sudah dapat menyenangkan siswa dan memotivasinya untuk menguasai pelajaran yang paling menjenuhkan sekalipun (Mel Silberman, 2009: 32).
Berdasarkan pembahasan dan kajian secara mendalam diperoleh suatu kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan active learning dapat meningkatkan motivasi belajar matematika pada materi penjumlahan pecahan bagi siswa kelas V SD Negeri I Miricinde, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. Guru disarankan menggunakan pendekatan tersebut . Siswa merasa senang karena lebih dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga motivasi belajarnya dapat meningkat.
Puji Purwati, S.Pd
SD Negeri 1 Miricinde, Purwantoro, Wonogiri