Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang di dalamnya mengkaji peristiwa, fakta, konsep yang berkaitan dengan kehidupan sosial. Menurut Trianto (2010: 171) bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya yang dirumuskan atas dasar kenyataan dan fenomena sosial dan diwujudkan dalam suatu pendekataan interdisipliner dari aspek dan cabang ilmu-ilmu sosial.
Tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama adalah untuk mengembangkan pengetahuan, sikap sosial, spiritual dan keterampilan dalam rangka membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Melihat tujuan dan karekteristik mata pelajaran, maka hasil dari pembelajaran IPS akan diperoleh berbagai ragam informasi. Untuk itu, jika penyajian pembelajaran IPS hanya satu arah saja maka siswa akan merasa bosan yang menyebabkan semangat belajar siswa akan menurun. Anggapan IPS sebagai mata pelajaran yang kering dan tidak menarik, jenuh dan membosankan akan benar-benar menjadi kenyataan.
Berdasarkan diskripsi di atas maka perlu adanya inovasi pembelajaran, dimana menciptakan rasa senang dan aktif dalam pembelajaran harus selalu di kedepankan. Menurut Rusman (2014:19) bahwa menciptakan kondisi dan suasana belajar yang aktif dan kondusif dengan suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang kepada siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif merupakan tugas seorang guru di kelas. Ketidaksesuaian penggunaan model dan alat peraga dengan bahan ajar menjadi salah satu bagian yang ikut memperburuk pandangan tentang mata pelajaran IPS. Terlebih lagi jika mata pelajaran ini disampaikan dengan cara-cara yang kurang menarik misalnya, tanpa penggunaan alat peraga. Padahal mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan ilustrasi yang hanya dapat dilakukan dengan penggunaan alat peraga.
Untuk itu guru perlu meningkatkan semangat dan prestasi belajar siswa yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang menarik yang ditopang dengan alat peraga yang baik. Dengan mengimplementasikan model pembelajaran yang menarik, siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa. Model pembelajaran yang diterapkan akan lebih maksimal jika ditopang dengan alat peraga yang sesuai. Misalnya menggunakan alat peraga berupa wayang yang pakaiannya dibentuk dengan menggunakan model pakaian dari berbagai provinsi. Wayang ini dapat dibuat dari bahan yang murah yaitu kardus bekas. Dengan itu, siswa secara aktif membuat alat peraga kemudian mereka mendiskripsikan sekaligus mempresentasikan di dalam kelas. Dengan cara seperti ini maka siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran serta tidak merasakan bosan. Hasilnya, siswa akan dapat memahami dan menghafalkan nama-nama pakaian adat dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia dengan gembira.
Selain alat peraga pakaian adat dapat juga membuat alat peraga bentuk-bentuk rumah adat yang ada di berbagai provinsi di Indonesia menggunakan bahan bekas stick ice cream ataupun kardus-kardus bekas. Rumah adat yang dibentuk dengan sentuhan warna-warni dari crayon atau cat air maka rumah adat yang dibuat benar-benar menyerupai rumah adat yang sesungguhnya.
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga seperti contoh di atas menjadikan siswa tertarik dan bersemangat mengikuti pembelajaran yang pada akhirnya siswa akan memahami materi pembelajara IPS. Hal ini seperti yang disampaikan Fathurrohman dan Sutikno (2007: 67) bahwa alat peraga akan menarik perhatian siswa, membantu untuk mempercepat pemahaman, menghilangkan kebosanan dan menimbulkan gairah serta semangat belajar.
Leni Wahyu Cahyaningrum, S.Pd.
Guru IPS SMP Negeri 6 Temanggung, Jawa Tengah