Pembelajaran adalah proses membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sebagai seorang pendidik tentunya selalu berusaha dan berharap peserta didiknya mengikuti pembelajaran dengan baik, sehingga tujuan yang direncanakan mampu tercapai. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menggunakan variasi dan inovasi agar minat belajar peserta didik pada mata pelajaran tinggi. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak selalu berjalan dengan lancar.
Hal ini dikarenakan pendidik kurang menggunakan metode variatif, pembelajaran masih berpusat pada pendidik, penggunaan media kurang maksimal, pengelolaan kelas masih belum maksimal, dan kurang memberikan penguatan. Ini berdampak pada rendahnya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi seperti ini juga terjadi di kelas III SD Negeri Gilirejo 4 Miri Kabupaten Sragen pada saat pembelajaran tema 5 muatan PPKn KD 3.4 Memahami makna bersatu dalam keberagaman di lingkungan sekitar.
Menurut Baharudin, dkk (2007: 24) “secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, maka ia akan tidak bersemangat bahkan tidak mau belajar. Minat belajar pada suatu mata pelajaran akan berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam konteks di kelas seorang pendidik perlu membangkitkan minat belajar peserta didik agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik, ada banyak cara yang bisa digunakan yaitu dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan. Agar pembelajaran di kelas menarik dan tidak membosankan perlu adanya inovasi dalam menerapkan strategi pembelajaran..
Terkait dengan kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya dari pendidik untuk menimbulkan perasaan senang, antusias, dan minat yang tinggi pada mata pelajaran yang diajarkan sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna. Menerapkan strategi pembelajaran yang baik adalah strategi pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran Artikulasi.
Menurut Norhasanah (2011:122), Pembelajaran kooperatif tipe artikulasi prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan pendidik, seorang peserta didik wajib meneruskan menjelaskannya pada peserta didik lain (pasangan kelompoknya). Disinilah keunikan model pembelajaran ini. Peserta didik dituntut untuk bisa berperan sebagai “penerima pesan” sekaligus berperan sebagai “penyampai pesan”.
Pembelajaran yang dilakukan di SD Negeri Gilirejo 4 Miri kelas III dengan menggunakan Strategi pembelajaran Artikulasi memiliki langkah-langkah sebagai berikut : (1) Pendidik menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Pendidik menyajikan materi sebagaimana biasa. (3) Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok berpasangan dua orang. (4) Menugaskan salah satu peserta didik dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari pendidik dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. (5) Menugaskan peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian peserta didik sudah menyampaikan hasil wawancaranya. (6) Pendidik mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik. (7) Kesimpulan/penutup dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Penerapan Strategi pembelajaran Artikulasi memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan strategi pembelajaran Artikulasi yaitu 1) semua peserta didik terlibat (mendapat peran), 2) melatih kesiapan peserta didik, 3) melatih daya serap pemahaman dari orang lain, 4) cocok untuk tugas sederhana, 5) interaksi lebih mudah, 6) lebih mudah dan cepat membentuknya, 7) meningkatkan partisipasi anak.
Oleh :
Muhammad Azis Anwar Zulkifli, S.Pd.
Guru SDN Gilirejo 4 Miri
Kabupaten Sragen