JATENGPOS.CO.ID, – Saat ini ajang pesta olahraga se- Asia, Asian Games2018 yang diselenggarakan tiap 4 tahun sekalimasih terus berlangsung.Di cabang pencak silat yang diselenggarakan di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Indonesia berhasil menyapu bersih delapan emas. Pencak silat penyumbang terbanyak di asean Games tahun 2018, dan kita harapkan panen medali ini akan terus berlanjut. Para atlet yang berhasil meraih emas di cabang Pencak Silat menurut salah satu televisi swasta, antara lain Puspa Arum Sari ( artistik perorangan putri), Yola Primadona dan Hendy (Artistik ganda putra), Nunu Nugraha, Asep Wildan, Anggi Faisol M.( Artistik beregu putra), Aji Bangkit Pamungkas (Kelas I Pa 85 kg- 90kg), Komang Harik Adi Putra (Kelas E Pa 65 kg- 70 kg), Iqbal Candra Pratama ( Kelas D Pa 60 kg- 65 kg), dan tambahan dari Sarah Tria Monica ( Kelas C Pi 55 kg- 60 kg) serta Abdul Malik ( Kelas B Pa 50 kg-55 kg ).Perolehan medali terbanyak saat ini diboyong cabang pencak silat.
Cabor peraih emas Asean Games yang lain yaitu Paralayang, Jafro Megawanto ( Tunggal Pa), Roni Pratama, Joni Efendi, Jafro Megawanto ( beregu). Dua emas dicabang Balap Sepeda Gunung, dua emas cabor Dayung, satu emas cabor Wushu, Jet Sky, Angkat Besi, Karate, Tenis, dan Taekwondo masing- masing cabor satu emas. Dan ada 2 emas lagi dari cabang panjat tebing.
Dari pemantauan lewat televisi swasta, saat ini untuk cabang atletik masih belum bisa menyumbangkan emas. Yang kita amati dari cabang atletik ini, dimana belum ada kompetisi masif yang terjadi. Kebanyakan atlet yang maju adalah atlet yang diseleksi melalui klub- klub atletik tertentu.
Mereka tidak mengadakan seleksi yang menyeluruh dari kalangan masyarakat. Misalkan SD ada seleksi Porseni, SMP dan SMA/SMK ada Popda dan sejenisnya. Sehingga potensi yang ada di masyarakat tidak bisa tersalur, bahkan sebenarnya ada yang berpotensi dan berbakat di masyarakat, yang tidak terdeteksi. Masalahnya, hanya orang-orang tertentu saja yang ingin dan bisa masuk klub tapi tidak siap berkompetisi. Dan sebaliknya, ada orang yang ingin berkompetisi tapi tidak bisa masuk klub. Sehingga ya seperti inilah hasil yang didapatkan, mereka tidak bisa tampil optimal dan belum bisa meraih prestasi progresif. Semoga kedepannya prestasi Anak bangsa terus meningkat dan ada koreksi dan perbaikan terhadap cabang olahraga yang belum bisa berprestasi.
Dari refleksi Asian Games di atas, kita yang ada di dunia pendidikan, sangat membutuhkan pembinaan atlet yang intens/ sungguh- sungguh dan ajeg, agar mereka terus termotivasi untuk berprestasi dan pantang menyerah untuk berusaha. Akan tetapi, di dunia pendidikan terdapat problem dalam pembinaan atlet. Jumlah jam pembelajaran yang hanya satu kali tatap muka, dua jam pembelajaran, tidaklah cukup untuk menggembleng siswa menjadi seorang atlet. Dan hal itu menjadi kendala dalam pembinaan siswa agar bisa menumbuhkan atlet yang handal. Untuk memenuhi jam terbang latihan bagi siswa, maka hendaknya setiap sekolah mengadakan jam extra dalam wadah extrakurikuler, disesuaikan dengan minat dan bakat siswa yang ada di sekolah.
Extrakurikuler dikemas sedemikian rupa, dengan teknik dan peralatan yang memadai, diharapkan dapat memotivasi dan menambah jam terbang siswa dalam berlatih serta bisa meningkatkan prestasi siswa. Selain itu, jika siswa yang benar- benar mempunyai niat kuat dan bakat untuk berkompetisi, mereka bisa masuk klub-klub tertentu yang sesuai.
” Begin zero to hero”, itu ungkapan yang tepat bagi para atlet asean games yang sekarang sudah memetik hasil kerja keras mereka. Berjuang dari nol sampai menjadi sang juara. Perjuangan mereka pastilah melalui perjalanan yang sangat panjang, tidak hanya sekedar usaha sesaat.Hal tersebut hendaknya dapat menjadi inspirasi kita dalam mendidik siswa agar dapat memunculkan motivasi dan greget juara yang kuat dalam berkompetisi dan meraih prestasi.
Fitri Ristanti, M.Or
Guru SMK NEGERI I MIRI Sragen