Pembelajaran materi sejarah ternyata tak semudah yang dibayangkan. Mengapa demikian? Karena menghidupkan kreativitas peserta didik dalam memahami materi pelajaran butuh strategi. Yang sering ditemui adalah peserta didik mudah bosan jika pembelajaran materi sejarah hanya menggunakan metode lama seperti ceramah. Maka menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Tantangan tersebut juga terjadi di SD Tegalsari 3 Kota Tegal dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti aspek sejarah pada kompetensi dasar kisah keteladanan Wali Songo kelas empat semester dua. Penulis mencoba mencari solusi supaya pembelajaran mampu meningkatkan kreativitas, sehingga peserta didik dapat menikmati proses dan memetik hasil pembelajaran.
Asli Baper adalah metode yang diangkat penulis untuk menghidupkan kreativitas pembelajaran. Asli Baper adalah akronim dari Asyiknya Terlibat dan Bermain Peran. Asli Baper merupakan sebuah pengembangan dari metode Role Playing. Menurut Hisyam Zaini dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Aktif (2018) Role Playing adalah suatu aktivitas pembelajaran yang terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan. Kreativitas dalam hal ini adalah hasil karya berupa seni peran meskipun dalam tahap masih sangat sederhana. Sedangkan yang dimaksud pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi agar mendapatkan hasil belajar yang baik. Sedangkan yang disebut Wali Songo adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta menyebarkan agama Islam. Wali Songo yang sangat popular di masyarakat berjumlah sembilan yaitu: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang,, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Setiap wali mempunyai karakteristik masing-masing dan sangat menarik diangkat melalui metode Asli Baper. Sebagai contoh kisah sunan Ampel yang berdakwah dengan falsafah “moh limo” yaitu moh main (tidak mau judi), moh ngombe (tidak mau mabuk), moh maling (tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau menghisap candu) dan moh madon (tidak mau berzina).
Hal pertama yang harus dilakukan dalam metode Asli Baper Wali Songo adalah Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok sejumlah tokoh Wali Songo. Langkah selanjutnya adalah penyusunan skenario. Skenario disusun oleh pendidik, namun jika memungkinkan skenario disusun oleh peserta didik. Jika skenario disusun oleh peserta didik, pengarahan dari pendidik tetap dibutuhkan supaya skenario sesuai dengan materi pelajaran. Setiap kelompok tampil dengan durasi sekitar sepuluh menit dan saling memberikan pengamatan juga catatan. Setelah semua kelompok tampil, pendidik memberikan evaluasi dan mengajak peserta didik melakukan refleksi materi pelajaran.
Metode Asli Baper dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran kisah keteladanan Wali Songo karena menggali potensi pendidik dan peserta didik melalui seni peran yang mengisahkan asal usul dan jasa Wali Songo dalam penyebaran Islam di Jawa dan sekitarnya. Selain itu, Asli Baper dapat meningkatkan sikap kerja sama yang baik antara peserta didik.
Dengan metode Asli Baper dakwah Wali Songo dapat dihadirkan ke tengah kelas, sehingga tujuan pembelajaran yaitu peserta didik dapat memahami keteladanan Wali Songo tercapai. Tujuan besar selanjutnya adalah peserta didik dapat mengikuti keteladanan Wali Songo dalam kehidupan sehari-hari.
Ida Laelatul Faridhoh, S.Pd.I
Guru PAI SD Tegalsari 3 Kota Tegal