Menghadapi tantangan di era global saat ini, menuntut peserta didik memiliki keterampilan Bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional. Mereka harus memiliki hardskill maupun softskill. Peserta didik, sebagai generasi muda, perlu disiapkan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berakar pada karakter pribadi yang menjunjung tinggi moralitas.
Menurut Tarigan (2008: 4-19), ada empat tahapan dalam memperoleh keterampilan berbahasa yang merupakan satu kesatuan yang utuh, sebagai catur-tunggal. Tahap pertama adalah proses mendengarkan (listening), kemudian berbicara (speaking). Tahap selanjutnya, membaca (reading) untuk mengenal tulisan dari proses mengenal huruf hingga merangkainya menjadi kata, frasa, atau kalimat. Selanjutnya, pengetahuan yang didapat, ditransformasikan dalam bentuk tulisan (writing). Dari belajar merangkai kata menjadi sebuah kalimat, kemudian memprosesnya menjadi sebuah paragraph dan selanjutnya menjadi sebuah karangan.
Ketermpilan menulis adalah kegiatan yang menuntut latihan, membutuhkan ketelitian, serta memerlukan pengetahuan luas dan pola pikir yang logis/ kecerdasaan. Keterampilan menulis merupakan sebuah ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar.. Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca.
Peserta didik di tingkat SMP kelas IX, diharapkan mampu menguasai Kompetensi Dasar 6.2 yaitu “mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esai pendek sederhana menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbebtuk procedure”.
Namun faktanya, selalu muncul permasalahan dalam pembelajaran menulis. Peserta didik mengalami kesulitan dalam menuangkan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam ragam bahasa tulis secara benar. Peserta didik belum dapat menguasai kosakata, tatabahasa, tatabunyi, dan tatatulis bahasa Inggris dengan baik. Hal ini juga dialami peserta didik kelas IX-E SMP 3 Bae Kudus, terkhusus dalam menulis teks procedure, sebuah teks yang berisi langkah-langkah cara melakukan sesuatu secara urut. Hasil penilaian writing rata-rata hanya 37,3 dengan persentase ketuntasan hanya 49 %.
Faktor penyebab kesenjangan antara harapan dan hasil diantaranya adalah tidak adanya media yang mendukung pembelajaran. Pembelajaran sangat monoton dan kurang menarik, sehingga peserta didik sulit mengekspresikan ide, gagasan, dan pikirannya dalam menyusun kalimat yang baik.
Penulis berupaya mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan pembelajaran kontekstual bermedia ASOP (A Series Of Picture) atau gambar seri. Menurut Suprijono (2009), pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Terkait dengan ASOP, Hartono (2013: 72) mengemukakan bahwa gambar seri merupakan “sejumlah gambar yang menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan gambar lainnya”.
Menurut Sadiman (2009:29), media ASOP mempunyai kelebihan, yaitu sederhana, murah, gambar mudah diperoleh dan dipakai, dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih nyata, dapat memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan ruang. Melalui ASOP, siswa dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk realitas.
Sintaks pembelajaran kontekstual bermedia ASOP sebagai berikut: 1) pembagian kelompok; 2) beriskusi tentang noun/noun phrase, dan verbs yang terkait tema berdasarkan gambar; 3) menyusun teks procedure berdasarkan ASOP; 4) memresentasikan karangan.
Peserta didik termotivasi mengamati gambar seri, aktivitas berdiskusi lebih aktif, menyusun teks procedure lebih antusias. Aktivitas yang menarik dan menantang baik pada awal, proses, dan akhir pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar yang berdampak pada hasil kompetensi writing teks procedure. Hasil penilaian writing yang semula rata-rata hanya 37,3 dengan persentase ketuntasan 49 % meningkat menjadi 76,5 dengan persentase ketuntasan 83%.
Dari paparan tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual bermedia ASOP dapat meningkatkan keterampilan writing teks procedure. Untuk itu guru diharapkan mau melakukan pembelajaran dengan model tersebut.
.
Natalia Sumi Indrawati,S.Pd.Ing
Guru Bahasa Inggris SMP 3 Bae Kudus