Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif dan sangat abstrak. Namun dalam pembelajaran di SD, guru harus menjadikan matematika sebagai ilmu pengetahuan yang konkret dan menyenangkan. Hal tersebut disebabkan karena siswa SD pada umumnya berusia 7 sampai 12 tahun, sehingga masih berada pada tahap operasi konkret. Pada tahap tersebut siswa hanya dapat menggambarkan sesuatu yang abstrak dengan menghubungkannya terhadap hal-hal konkret. Hal tersebut harus diperhatikan oleh guru yang akan memberikan pembelajaran matematika di SD. Mereka belum memiliki kemampuan memecahkan masalah abstrak sehingga harus dibantu dengan manipulasi benda konkret. Peserta didik usia sekolah dasar juga masih berada pada masa bermain, sehingga proses pembelajaranpun sebaiknya dikemas dalam suasana yang menyenangkan.
Seperti yang terjadi di Kelas 1 SDN 07 Mulyoharjo Pada Sasaran Pembelajaran “Memahami makna angka untuk menghitung dalam kehidupan sehari-hari serta dapat menggunakannya”, peserta didik yang kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan guru yang hanya menggunakan metoe ceramah saja.
Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan pembelajaran matematika tidak beriorentasi pada penguasaan materi matematika semata, tetapi materi diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Untuk membuat siswa termotivasi untuk belajar matematika adalah dengan mengontekstualisasikan ulang dengan memberikan situasi yang sesuai dan menggunakan media supaya lebih dipahami. Rahayu dkk (2019) menyatakan pembelajaran yang menyenangkan akan lebih mudah dipahami dan diingat oleh anak sehingga anak mampu untuk mengetahui dan memahami konsep bilangan dan lambang bilangan.
Sekarang ini semua orang menggunakan media dalam melakukan aktivitas terutama aktivitas yang berhubungan komunikasi antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dengan adanya media, maka setiap orang akan lebih mudah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Oleh karenanya, pengertian media bisa dibilang sangat luas, bagi guru pasti akan menentukan media pembelajaran yang pas kepada para peserta didiknya. Menurut Arsyad dalam Guslinda dkk, (2018) mengatakan istilah media berasal dari Bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara umum adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada informasi. Istilah media dikenal dalam bidang komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Media pohon angka dalam memperkenalkan konsep bilangan pada peserta didik melalui aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat alami. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa dalam mengenalkan konsep bilangan pada peserta didik merupakan sesuatu proses yang sulit bagi peserta didik khususnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dasar matematika yaitu peserta didik belajar mengenal konsep bilangan dengan menggunakan benda-benda yang menarik bagi peserta didik yakni melalui bermain dengan menggunakan media pohon angka. Pemanfaatan media pohon angka ini dapat dilakukan dengan menunjukkan angka-angka yang dihitung oleh peserta didik. Pemanfaatan pohon angka bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam mengenal lambang bilangan dengan cara yang menarik dikemas dalam bentuk kegiatan bermain yang dilakukan di dalam kelas.
Dengan pemanfaatan media pohon angka ini dapat menolong peserta didik dalam mengenal konsep bilangan. Peserta didik dengan antusias dan merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran selama proses belajar mengajar dengan media pohon angka.
Oleh :
CHOLIFAH, S.Pd
Guru SDN 07 Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang