Kita sering sekali mendengar istilah bahasa ibu, sebelum membahas lebih lanjut tentang bahasa jawa sebagai bahasa ibu, ada baiknya kita ketahui dulu apa itu bahasa ibu. Ada 2 pendapat mengenai makna dari bahasa ibu, pendapat pertama menyatakan bahwa bahasa ibu adalah bahasa yang ditentukan oleh suku/etnits dari seseorang berasal dimana kita seseorang terlahir sebagai suku jawa, maka sudah secara otomatis bahasa ibu nya adalah bahasa jawa, demikian pula dengan suku sunda, suku batak dan lain sebagainya. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa bahasa ibu adalah bahasa yang tumbuh dari lingkungan sosial seseorang. Misalkan dia adalah orang jawa yang lahir di Jakarta yang menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa sehari-hari, maka bahasa ibu orang tersebut adalah bahasa indonesia.
Jika mengacu pada pendapat yang pertama, sebagai orang jawa, maka bahasa ibu kita adalah bahasa jawa. Budaya jawa sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, sudah mengatur tingkah laku manusia dengan adanya norma tertentu yang harus dipenuhi. Seperti pepatah yang sering diucapkan Ajinging diri gumantung saka lathi yang artinya harga diri seseorang bergantung pada apa yang dia ucapkan. Ungkapan tersbut mengandung maksud bahawa seseorang perlu mempertimbangkan dan memikirkan baik-baik apa yang akan diucapkan, tidak hanya sekedar berbicara.
Sebagaimana pentingnya budaya jawa serta bahasa jawa dalam kehidupan masyarakat jawa, sudah semestinya kita harus selalu menjaga kelestariaannya. Salah satunya adalah terus menerus mengajarkan kepada keturunan (anak dan cucu) kita. Baik di lingkungan rumah maupun di sekolah. Di rumah, dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan non formal yang berperan penting dalam upaya penanaman sikap dan karakter pada anak sejak dini sehingga orangtua menjadi salah satu pihak yang dapat memberikan keteladanan kepada anak. Bentuk keteladaan orang tua difokuskan pada tuturan yang digunakan. Tuturan ini dapat dijadikan teladan dibuktikan dengan pengucapan atau perkataan dengan bahasa yang sopan. Selain tutur kata, perbendaharaan kata dalam bahasa jawa (ngoko, krama, krama inggil) juga harus sangat diperhatikan oleh orangtua. Semakin banyak kata dalam bahasa jawa yang diajarkan kepada anak, anak juga akan lebih mengerti dan memahami bahasa atau kata mana yang harus digunakan saat berbicara dengan orang lain.
Di sekolah, sebagai lembaga pendidikan formal juga tidak kalah pentingnya dalam memberikan keteladanan bagi siswa dalam bertutur dan berunggah ungguh. Apalagi jika melihat dari sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh para siswa adalah di sekolah. Pada saat di sekolah, guru dan siswa berinteraksi pada saat KBM dan di masyarakat dengan menggunakan tutur bahasa jawa yang santun (krama dan krama inggil) baik, sehingga baik masih dalam jam belajar maupun di luar jam belajar, siswa masih terus menerus mengaplikasikan keteladanan yang dia dapat dengan bersikap sopan dan bertutur kata sesuai dengan aturan aturan dalam budaya jawa. Selain dalam penggunaan bahasa, di sekolah siswa juga diajarkan budaya budaya jawa lainnya, seperti alat musik khas jawa, tulisan atau aksara jawa, pakaian adat dan lain sebagainya.
Tindakan ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemeliharaan budaya jawa, terkhusus bahasa jawa yang menjadi bahasa ibu untuk masyarakat jawa pada umumnya. Berbahasa jawa itu penting karena bahasa jawa adalah sebagai bahasa ibu sehingga sangat berpengaruh terhadap percakapan dan perilaku seseorang, sehingga, kita sebagai orangtua dan pendidik harus memberikan keteladanan agar budaya jawa tidak hilang. Sehingga keberadaannya akan terus ada apalagi jika melihat bahwa budaya dan bahasa di luar bahasa jawa pengaruhnya sangat besar pada kehidupan anak-anak saat ini.
Sri Winarsih, S.Pd
Guru Bahasa Jawa SMP 1 Kaliwungu Kudus